Pengertian Teks Biografi
Teks biografi adalah suatu tulisan yang mengulas mengenai kehidupan seseorang atau cerita hidup seseorang selama ia masih hidup. Teks biografi hanya mengulas mengenai kenyataan-kenyataan yang terjadi dalam kehidupan seseorang dan peran pentingnya kepada lingkungan.
Struktur Teks Biografi
1. Orientasi
Orientasi
merupakan pengenalan tokoh atau gambaran awal mengenai identitas tokoh atau
sosok biografi. Orientasi umumnya berisi nama, tempat dan tanggal lahir,
latar belakang keluarga, serta riwayat pendidikan.
2. Masalah atau Peristiwa/Kejadian Penting
Masalah atau
peristiwa/kejadian penting berupa
paparan suatu cerita yang berisi berbagai kejadian/peristiwa saat tokoh
mengalami masalah, memecahkan masalah, proses karier, peristiwa menyenangkan,
menegangkan, menyedihkan, atau mengesankan hingga akhirnya mengantarkannya
mencapai mimpi, cita-cita, dan kesuksesan.
3. Reorientasi
Reorientasi
merupakan bagian penutup atau simpulan. Bagian ini berisi pandangan, ulasan,
atau pemikiran penulis secara pribadi atas biografi tokoh yang dikisahkan.
Reorientasi ini bersifat pilihan semata, jadi boleh ada maupun tidak ada.
Kaidah Kebahasaan Teks Biografi
1. Kata
Ganti (Pronomina)
Kata ganti dipakai untuk mengacu pada kata benda (nomina)
lain. Kata ini sering
digunakan untuk menggantikan nomina yang sudah diketahui agar tidak disebutkan
berulang-ulang. Kata ganti biasanya terletak pada subjek atau objek. Terdapat berbagai
jenis kata ganti, tetapi dalam teks biografi yang sering digunakan adalah
kata ganti orang (pronomina persona). Adapun kata ganti orang terdiri atas
beberapa jenis, yaitu
No.
|
Jenis
|
Tunggal
|
Jamak
|
1.
|
Kata ganti orang pertama
|
saya, aku
|
kami, kita
|
2.
|
Kata ganti orang kedua
|
kamu, anda, engkau
|
kalian
|
3.
|
Kata ganti orang ketiga
|
dia, ia, beliau
|
mereka
|
Berikut ini
penggunaan kata ganti orang dalam teks biografi. Kata ganti orang ketiga
tunggal ia dan beliau digunakan untuk menggantikan sosok R.A. Kartini.
Lahir dari keluarga
berpengaruh membuat R.A. Kartini memperoleh pendidikan yang baik. Ia disekolahkan
di ELS (Europese Lagere School). Di sinilah beliau mempelajari bahasa Belanda
dan menuntut ilmu sampai usianya 12 tahun.
2. Kata Kerja Material
Kata yang
menunjukkan aktivitas yang sedang dilakukan subjek atau menunjukkan adanya
tindakan fisik atau mental. Sebagai contoh, kata membentuk dan bekerja terdapat
dalam kalimat berikut merupakan kata kerja material.
·
Ki Hadjar Dewantara membentuk Komite Bumipoetra.
·
Ia bekerja sebagai wartawan di beberapa surat kabar.
3. Kata Sifat (Adjektiva)
Kata sifat umumnya
berupa kata yang menjelaskan atau membuat kata benda atau kata ganti orang
lebih spesifik. Kata sifat dapat menerangkan kuantitas, kecukupan, urutan,
kualitas, maupun penekanan suatu kata. Contoh penggunaan kata sifat tampak pada
kata yang ditulis miring dalam kalimat berikut.
·
Ki Hadjar Dewantara dikenal sebagai penulis andal.
·
Tulisan-tulisannya sangat komunikatif, tajam, dan
patriotik.
4. Kata Kerja Pasif
Kata kerja pasif
berupa kata kerja yang subjeknya dikenai suatu pekerjaan. Umumnya kata kerja
yang memiliki imbuhan -di atau -ter. Contoh penggunaan kata kerja pasif tampak
pada kata dibesarkan dan dipercaya pada contoh kalimat berikut.
·
Ia dibesarkan di lingkungan keluarga keraton
Yogyakarta.
·
Ki Hadjar Dewantara dipercaya Presiden Soekarno untuk
menjadi Menteri.
5. Kata Kerja Aktivitas Mental
Kata kerja
aktivitas mental ini merupakan jenis kata kerja yang mengutarakan suatu respons
atau reaksi individu terhadap sebuah sikap, kondisi, atau pengalaman tertentu.
Contoh penggunaan kata kerja pasif tampak pada kata mencurahkan dan menghendaki
pada contoh kalimat berikut.
·
Ki Hadjar Dewantara semakin mencurahkan perhatian pada
bidang pendidikan. Mereka menghendaki dibuang ke Negeri Belanda.
6. Kata-kata Penanda Urutan Waktu
Kata-kata penanda
urutan waktu ini terdiri atas kata hubung (konjungsi), kata depan (preposisi),
dan kata benda (nomina) yang berkenaan dengan urutan waktu (kronologis). Contoh
penggunaannya tampak pada beberapa kalimat berikut.
·
Pada masanya, Ki Hadjar Dewantara dikenal sebagai
penulis andal.
·
Akhirnya, mereka diizinkan ke Negeri Belanda sejak
Agustus 1913.
·
Kegiatan menulisnya ini terus berlangsung hingga zaman
Pendudukan Jepang.
·
Setelah kemerdekaan Indonesia berhasil direbut dari
tangan penjajah.
Contoh Teks Biografi
Biografi Ki Hadjar Dewantara: Bapak
Pendidikan Indonesia
Nama
Ki Hadjar Dewantara bukanlah nama pemberian orang tuanya sejak lahir. Nama
aslinya ialah Raden Mas Soewardi Soerjaningrat yang lahir di Yogyakarta,
tanggal 2 Mei 1889. Ia dibesarkan di lingkungan keluarga keraton Yogyakarta.
Saat berusia 40 tahun menurut hitungan Tahun Caka, barulah berganti nama
menjadi Ki Hadjar Dewantara. Semenjak itu, Ki Hadjar Dewantara tidak lagi
menggunakan gelar kebangsawanan di depan namanya. Hal ini dimaksudkan agar
dapat bebas dekat dengan rakyat, baik secara fisik maupun hatinya. Ki Hadjar
Dewantara menamatkan Sekolah Dasar di ELS (Sekolah Dasar Belanda) dan
melanjutkan sekolahnya ke STOVIA (Sekolah Dokter Bumiputera). Lantaran sakit,
sekolahnya tersebut tidak dapat ia selesaikan.
Pada
masanya, Ki Hadjar Dewantara dikenal sebagai penulis andal. Kemampuan
menulisnya terasah ketika ia bekerja sebagai wartawan di beberapa surat kabar,
antara lain Sedyotomo, Midden Java, De Express, Oetoesan Hindia, Kaoem
Moeda, Tjahaja Timoer, dan Poesara. Tulisan-tulisannya sangat komunikatif,
tajam, dan patriotik sehingga mampu membangkitkan semangat antikolonial bagi
pembacanya. Selain bekerja sebagai seorang wartawan muda, Ki Hadjar Dewantara
juga aktif dalam berbagai organisasi sosial dan politik. Pada tahun 1908, Ki
Hadjar Dewantara aktif di seksi propaganda Boedi Oetomo untuk menyosialisasikan
dan menggugah kesadaran masyarakat Indonesia mengenai pentingnya persatuan dan
kesatuan dalam berbangsa dan bernegara. Kemudian, bersama Douwes Dekker (Dr.
Danudirdja Setyabudhi) dan dr. Tjipto Mangoenkoesoemo nantinya akan dikenal
sebagai Tiga Serangkai.
Pada
tanggal 25 Desember 1912, mereka mendirikan Indische Partij (partai politik
pertama yang beraliran nasionalisme Indonesia) yang bertujuan mencapai
Indonesia merdeka. Selain itu, pada bulan November 1913, Ki Hadjar Dewantara
membentuk Komite Bumipoetra yang bertujuan untuk melancarkan kritik terhadap
Pemerintah Belanda. Salah satunya adalah dengan me- nerbitkan tulisan berjudul
“Als Ik Eens Nederlander Was” (Seandainya Aku Seorang Belanda) dan “Een voor
Allen maar Ook Allen voor Een” (Satu untuk Semua, tetapi Semua untuk Satu Juga).
Kedua tulisan tersebut menjadi tulisan terkenal hingga saat ini. Tulisan
“Seandainya Aku Seorang Belanda”
dimuat dalam surat kabar de Expres milik dr. Douwes Dekker.
Akibat
aktivitas dan tulisannya itu, pemerintah kolonial Belanda melalui Gubernur
Jenderal Idenburg menjatuhkan hukuman pengasingan terhadap Ki Hadjar Dewantara.
Douwes Dekker dan Cipto Mangoenkoesoemo, rekan seperjuangannya, menerbitkan
tulisan yang bernada membela Ki Hadjar Dewantara. Mengetahui hal ini, Belanda
pun memutuskan untuk menjatuhi hukuman pengasingan bagi keduanya. Douwes Dekker
dibuang di Kupang sedangkan Cipto Mangoenkoesoemo dibuang ke Pulau Banda.
Namun, mereka menghendaki dibuang ke negeri Belanda karena di sana mereka dapat
mempelajari banyak hal daripada di daerah terpencil. Akhirnya, mereka diizinkan ke
negeri Belanda sejak Agustus 1913 sebagai bagian dari pelaksanaan hukuman.
Kesempatan itu dipergunakan untuk mendalami masalah pendidikan dan pengajaran
sehingga Ki Hadjar Dewantara berhasil memperoleh Europeesche Akte. Pada tahun
1918, Ki Hadjar Dewantara kembali ke tanah air.
Di tanah air, Ki Hadjar Dewantara semakin mencurahkan perhatiannya di
bidang pendidikan sebagai bagian dari alat perjuangan meraih
kemerdekaan. Bersama rekan-rekan seperjuangannya, dia pun mendiri- kan sebuah
perguruan yang bercorak nasional yang diberi nama Nationaal Onderwijs Instituut
Taman Siswa (Perguruan Nasional Taman Siswa) pada 3 Juli 1922. Taman Siswa ialah
suatu lembaga pendidikan yang memberikan kesempatan bagi para pribumi jelata
untuk dapat mem- peroleh hak pendidikan, seperti halnya para priyayi maupun
orang- orang Belanda. Perguruan ini sangat menekankan pendidikan rasa
kebangsaan kepada peserta didik agar mereka mencintai bangsa dan tanah air
serta berjuang untuk memperoleh kemerdekaan.
Selama aktif di Taman Siswa, Ki Hadjar Dewantara juga tetap rajin
menulis. Tema tulisannya beralih dari nuansa politik ke pendidikan dan
kebudayaan berwawasan kebangsaan. Melalui tulisan-tulisan itulah dia berhasil
meletakkan dasar-dasar pendidikan nasional bagi bangsa Indonesia. Kegiatan
menulisnya ini terus berlangsung hingga zaman Pendudukan Jepang. Saat
Pemerintah Jepang membentuk Pusat Tenaga Rakyat (Putera) dalam tahun 1943, Ki
Hadjar ditunjuk untuk menjadi salah seorang pimpinan bersama Ir. Soekarno, Drs.
Mohammad Hatta, dan K.H. Mas Mansur.
Setelah kemerdekaan Indonesia berhasil direbut dari tangan penjajah dan
stabilitas pemerintahan sudah terbentuk, Ki Hadjar Dewantara kemudian dipercaya
oleh Presiden Soekarno untuk menjadi Menteri Pendidikan, Pengajaran dan
Kebudayaan yang pertama. Melalui jabatannya ini, Ki Hadjar Dewantara semakin
leluasa untuk meningkatkan kualitas pendidikan di Indonesia. Pada tahun 1957,
Ki Hadjar Dewantara mendapatkan gelar Doktor Honoris Causa dari Universitas
Gajah Mada. Dua tahun setelah mendapat gelar Doctor Honoris Causa itu, tepatnya
pada tanggal 28 April 1959, Ki Hadjar Dewantara meninggal dunia di Yogyakarta
dan dimakamkan di sana.
Untuk mengenang jasa-jasa dan melestarikan nilai-nilai semangat
perjuangan Ki Hadjar Dewantara, pihak penerus perguruan Taman Siswa mendirikan
Museum Dewantara Kirti Griya, Yogyakarta. Museum ini memamerkan benda-benda
atau karya-karya Ki Hadjar Dewantara sebagai pendiri Taman Siswa dan kiprahnya
dalam kehidupan berbangsa. Koleksi museum yang berupa karya tulis atau konsep
dan risalah-risalah penting serta data surat-menyurat semasa hidup Ki Hadjar
sebagai jurnalis, pendidik, budayawan, dan sebagai seorang seniman telah
direkam dalam mikrofilm dan dilaminasi atas bantuan Badan Arsip Nasional.
Kini, nama Ki Hadjar Dewantara diabadikan sebagai seorang tokoh dan
pahlawan pendidikan (Bapak Pendidikan Nasional). Ajarannya, yakni tut wuri
handayani (di belakang memberi dorongan), ing madya mangun karsa (di tengah
menciptakan peluang untuk berprakarsa), dan ing ngarsa sung tulada (di depan
memberi teladan) akan selalu menjadi dasar pendidikan di Indonesia. Selain itu,
tanggal dan bulan kelahirannya, 2 Mei, dijadikan hari Pendidikan Nasional. Bahkan, pada tanggal 28 November 1959 Ki
Hadjar Dewantara juga ditetapkan sebagai Pahlawan Pergerakan Nasional melalui
Surat Keputusan Presiden RI No. 305 tahun 1959.
(Sumber:
https://m.merdeka.com/ki-hadjar-dewantoro/profil/ dengan pengubahan)