Rabu, 14 September 2022

MATERI TEKS HIKAYAT/CERITA RAKYAT

 A. Pengertian Hikayat

Teks hikayat adalah cerita rekaan berbentuk prosa panjang berbahasa Melayu, yang menceritakan tentang kehebatan dan kepahlawanan orang ternama dengan segala kesaktian dan keanehan yang dimiliki sehingga dapat dipetik berbagai nilai positifnya sebagai cerminan hidup kita.

Hikayat merupakan salah satu jenis cerita rakyat.  Oleh karena itu, ada baiknya kita mengetahui apa itu cerita rakyat. Cerita rakyat atau berbagai kisah atau cerita yang dikisahkan secara lisan dan diwariskan secara turun-temurun dalam suatu wilayah atau negara tertentu. Terdapat berbagai jenis cerita rakyat. Namun, semuanya memiliki kemiripan yang menaunginya, yakni anonim yang berarti tidak jelas siapa penulisnya, kemudian selalu disertai tema yang terpengaruh budaya setempat dan latar suatu wilayah tertentu.


B. Karakteristik Teks Hikayat

·        Kemustahilan

artinya dalam hikayat terdapat banyak hal yang tidak logis atau tidak bisa dinalar, meliputi dari segi bahasa maupun cerita, contohnya: bayi lahir disertai pedang dan panah, seorang putri keluar dari gendang, dsb.

·        Kesaktian

artinya tokoh di dalam hikayat memiliki kesaktian yang tidak dapat dilakukan oleh manusia biasa, seperti: mengubah wujud menjadi binatang, mampu melenyapkan bangunan hanya dengan satu jentikkan jari saja, dsb.

·        Anonim

artinya tidak diketahui secara jelas siapa penulis atau penceritanya karena hikayat diceritakan secara lisan dan turun-temurun.

·         Istana Sentris

artinya hikayat selalu bertema dan berlatar suatu kerajaan.  Isi yang dikandung hikayat umumnya menyingkap kehidupan tokoh besar seperti raja dan keluarganya, pahlawan, atau seseorang yang sakti dan berpengaruh terhadap masyarakat luas.

·       Bahasa Melayu

           artinya dari segi bahasa, hikayat memiliki kekhasan khusus, yakni menggunakan bahasa Melayu klasik yang ditandai dengan penggunaan banyak kata penghubung dan kata-kata arkais.


C. Struktur Teks Hikayat

·          Orientasi

Orientasi merupakan pengenalan latar, tokoh, dan kisah baik dari segi waktu, tempat maupun peristiwa. Orientasi juga biasanya menata berbagai adegan dan menjelaskan hubungan antartokoh.

·         Komplikasi

Komplikasi bagian di mana konflik mulai muncul. Konflik adalah pertentangan atau kesukaran-kesukaran yang dialami tokoh utama dalam hikayat. Bagian ini akan berangsur terus bertambah hingga akhirnya memuncak mencapai bagian klimaks.

·         Resolusi

       Resolusi merupakan penyelesaian dari berbagai konflik yang terjadi. Resolusi juga dapat diiringi oleh koda atau kesimpulan dan amanat akhir terhadap kondisi yang dialami oleh tokoh utama.


D. Nilai-Nilai dalam Teks Hikayat

 .    Nilai Religius (Agama)
Nilai religius merupakan nilai yang mengikat manusia dengan Pencipta Alam dan seisinya. Nilai agama berhubungan dengan masalah keagamaan. Nilai religi biasanya ditandai dengan penggunaan kata dan konsep Tuhan, makhluk gaib, dosa dan pahala, serta surga dan neraka.
·       Nilai Moral
Nilai moral merupakan suatu penggambaran tentang nilai-nilai kebenaran, kejujuran, dan ajaran kebaikan tertentu yang bersifat praktis. Nilai moral berhubungan dengan masalah moral. Pada dasarnya nilai moral berkaitan dengan nasihat-nasihat tentang budi pekerti, perilaku, atau tata susila yang dapat diperoleh pembaca dari cerita yang dibacanya.
·      Nilai Sosial
Nilai sosial berkaitan erat antara hubungan individu dan individu lainnya dalam satu kelompok. Nilai sosial berhubungan dengan kehidupan di dalam masyarakat yang berupa nasihat-nasihat. Nilai ini dikaitkan dengan kepatuhan dan kepantasan apabila diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.
·      Nilai Pendidikan (Edukasi )
Nilai pendidikan merupakan nilai yang berkaitan dengan semangat dan kemauan seseorang untuk terus belajar secara sadar. Nilai pendidikan berhubungan dengan proses perubahan sikap dan tata laku seseorang atau kelompok orang untuk mendewasakan manusia melalui pengajaran dan latihan.
·      Nilai Budaya
Nilai budaya merupakan nilai yang diambil dari budaya yang berkembang secara turun temurun di masyarakat setempat. Nilai ini umumnya berhubungan dengan budaya Melayu.
·       Nilai Estetika (Keindahan)
Cerita yang disajikan dalam hikayat memuat keindahan, baik dari latar atau suasana maupun kisah para tokohnya.


E. Contoh Teks Hikayat

Contoh-contoh hikayat yang terkenal adalah Hang Tuah, Si miskin, Abu Nawas, Pak Tani, Amir, Kakek dan Seekor Ular, dan dan Si Bungkuk dan Si Panjang.

1. Contoh Hikayat Hang Tuah

Hang Tuah

Pada suatu ketika ada seorang pemuda yang bernama Hang Tuah, anak Hang Mahmud. Mereka bertempat tinggal di Sungai Duyung. Pada saat itu, semua orang di Sungai Duyung mendengar kabar tentang Raja Bintan yang baik dan sopan kepada semua rakyatnya.

Ketika Hang Mahmud mendengar kabar itu, Hang Mahmud berkata kepada istrinya yang bernama Dang Merdu, ”Ayo kita pergi ke Bintan, negeri yang besar itu, apalagi kita ini orang yang miskin. Lebih baik kita pergi ke Bintan agar lebih mudah mencari pekerjaan.”  Lalu pada malam harinya, Hang Mahmud bermimpi bulan turun dari langit.

Cahayanya penuh di atas kepala Hang Tuah. Hang Mahmud pun terbangun dan mengangkat anaknya serta menciumnya. Seluruh tubuh Hang Tuah berbau seperti wangi-wangian. Siang harinya, Hang Mahmud pun menceritakan mimpinya kepada istri dan anaknya. Setelah mendengar kata suaminya, Dang Merdu pun langsung memandikan dan melulurkan anaknya.

Setelah itu, ia memberikan anaknya itu kain, baju, dan ikat kepala serba putih. Lalu Dang Merdu memberi makan Hang Tuah nasi kunyit dan telur ayam, ibunya juga memanggil para pemuka agama untuk mendoakan selamatan untuk Hang Tuah. Setelah selesai dipeluknyalah anaknya itu. Lalu kata Hang Mahmud kepada istrinya, ”Adapun anak kita ini kita jaga baik-baik, jangan diberi main jauh-jauh.”

Keesokan harinya, seperti biasa Hang Tuah membelah kayu untuk persediaan. Lalu ada pemberontak yang datang ke tengah pasar, banyak orang yang mati dan luka-luka. Orang-orang pemilik toko meninggalkan tokonya dan melarikan diri ke kampong. Gemparlah negeri Bintan itu dan terjadi kekacauan di mana-mana. Ada seorang yang sedang melarikan diri berkata kepada Hang Tuah, ”Hai, Hang Tuah, hendak matikah kau tidak mau masuk ke kampung?"

Maka kata Hang Tuah sambil membelah kayu, ”Negeri ini memiliki prajurit dan pegawai yang akan membunuh, ia pun akan mati olehnya.” Waktu ia sedang berbicara, ibunya melihat bahwa pemberontak itu menuju Hang Tuah sambil menghunuskan kerisnya. Maka ibunya berteriak dari atas toko, katanya, ”Hai, anakku, cepat lari ke atas toko!"

Hang Tuah mendengarkan kata ibunya, ia pun langsung bangkit berdiri dan memegang kapaknya menunggu amarah pemberontak itu. Pemberontak itu datang ke hadapan Hang Tuah lalu menikamnya bertubi-tubi. Maka Hang Tuah pun melompat dan mengelak dari tikaman orang itu. Hang Tuah lalu mengayunkan kapaknya ke kepala orang itu, lalu terbelah kepala orang itu dan mati.

Maka kata seorang anak yang menyaksikannya, "Dia akan menjadi perwira besar di tanah Melayu ini." Terdengarlah berita itu oleh keempat kawannya, Hang Jebat, Hang Kasturi, Hang Lekir, dan Hang Lekiu. Mereka pun langsung berlari-lari mendapatkan Hang Tuah. Hang Jebat dan Hang Kesturi bertanya kepadanya, ”Apakah benar engkau membunuh pemberontak dengan kapak?”

Hang Tuah pun tersenyum dan menjawab, "Pemberontak itu tidak pantas dibunuh dengan keris, melainkan dengan kapak untuk kayu.”

Kemudian karena kejadian itu, baginda raja sangat mensyukuri adanya sang Hang Tuah. Jika ia tidak datang ke istana, pasti ia akan dipanggil oleh Sang Raja. Maka Tumenggung pun berdiskusi dengan pegawai-pegawai lain yang juga iri hati kepada Hang Tuah. Setelah diskusi itu, datanglah mereka ke hadapan Sang Raja.

Maka saat sang Baginda sedang duduk di tahtanya bersama para bawahannya, Tumenggung dan segala pegawai-pegawainya datang berlutut, lalu menyembah Sang Raja, “Hormat tuanku, saya mohon ampun dan berkat, ada banyak berita tentang pengkhianatan yang sampai kepada saya. Berita-berita itu sudah lama saya dengar dari para pegawai-pegawai saya.”

Setelah Sang Baginda mendengar hal itu, maka Raja pun terkejut lalu bertanya, "Hai kalian semua, apa saja yang telah kalian ketahui?"

Maka seluruh menteri-menteri itu menjawab, "Hormat tuanku, pegawai saya yang hina tidak berani datang, tetapi dia yang berkuasa itulah yang melakukan hal ini."

Maka Baginda bertitah, "Hai Tumenggung, katakan saja, kita akan membalasnya."

Maka Tumenggung menjawab, “Hormat tuanku, saya mohon ampun dan berkat, untuk datang saja hamba takut karena yang melakukan hal itu, tuan sangat menyukainya. Baiklah kalau tuan percaya pada perkataan saya karena jika tidak, alangkah buruknya nama baik hamba, seolah-olah menjelek-jelekkan orang itu.”

Setelah Baginda mendengar kata-kata Tumenggung yang sedemikian itu, maka Baginda bertitah, “Siapakah orang itu, Sang Hang Tuah kah?” Maka Tumenggung menjawab, “Siapa lagi yang berani melakukannya selain Hang Tuah itu. Saat pegawai-pegawai hamba memberitahukan hal ini pada hamba, hamba sendiri juga tidak percaya, lalu hamba melihat Hang Tuah sedang berbicara dengan seorang perempuan di istana tuan ini. Perempuan tersebut bernama Dang Setia. Hamba takut ia melakukan sesuatu pada perempuan itu, maka hamba dengan dikawal datang untuk mengawasi mereka.”

Setelah Baginda mendengar hal itu, murkalah ia, sampai mukanya berwarna merah padam. Lalu ia bertitah kepada para pegawai yang berhati jahat itu, “Pergilah, singkirkanlah Si Durhaka itu!” Maka Hang Tuah pun tidak pernah terdengar lagi di dalam negeri itu, tetapi si Tuah tidak mati karena si Tuah itu perwira besar, apalagi dia menjadi wali Allah.

Kabarnya sekarang ini Hang Tuah berada di puncak dulu Sungai Perak, di sana ia duduk menjadi raja segala Batak dan orang hutan. Sekarang pun Raja ingin bertemu dengan seseorang, lalu ditanyainya orang itu dan ia berkata, “Tidakkah Tuan ingin mempunyai istri?” Lalu jawabnya, “Saya tidak ingin mempunyai istri lagi.”

 

2. Contoh Hikayat Abu Nawas dan Lalat

Abu Nawas dan Lalat

Suatu hari Baginda Raja membongkar rumah dan tanah Abu Nawas begitu saja untuk menemukan emas dan permata. Namun, ternyata emas dan permata yang katanya berada di dalam tanah milik Abu Nawas hanyalah rumor. Setelah tidak menemukan emas dan permata, Baginda Raja bukannya meminta maaf dan mengganti kerugian, tetapi malah pergi begitu saja.

Abu Nawas pun marah dan ingin balas dendam. Saat sedang makan bersama istrinya, dia menemukan seekor lalat di meja makan dan dia pun tertawa karena menemukan ide untuk balas dendam. Kepada Baginda Raja, Abu Nawas mengaku hendak melaporkan perlakuan tamu tidak diundang.

“Siapakah tamu tidak diundang itu?” tanya Baginda.

“Lalat-lalat ini, Tuanku,” kata Abu Nawas yang membawa lalat di atas piring yang tertutup tudung saji.

Abu Nawas pun meminta izin untuk mengusir lalat-lalat itu. Baginda Raja yang sedang berkumpul bersama para menteri pun langsung memerintahkan Abu Nawas mengusir lalat itu. Bermodalkan tongkat besi, Abu Nawas pun mengejar dan memukuli lalat itu hingga vas bunga, patung hias, dan perabotan istana hancur karenanya. Akhirnya Baginda Raja menyadari kekeliruannya. Abu Nawas yang puas memberikan pelajaran pada Baginda Raja pun meminta izin pulang.


3. Contoh Hikayat Tiga Pengembara Lapar

Tiga Pengembara Lapar

Dikisahkan, tiga orang pengembara, yaitu Buyung, Kendi, dan Awang, sedang dalam pengembaraan. Ketika tiba di sebuah hutan, perut mereka sangat kelaparan, tetapi perbekalan mereka sudah habis.

Dalam keadaan lapar, Kendi dan Buyung pun sesumbar, bahwa mereka bisa menghabiskan nasi sekawah dan 10 ekor ayam seorang diri dalam keadaan seperti ini. Namun, tidak seperti teman-temannya, Awang hanya mengharapkan sepiring nasi dan lauk yang cukup untuk mengisi perutnya. 

Tidak disangka-sangka, mereka menemukan sebuah pohon ara ajaib yang mendengarkan permintaan mereka. Kemudian, pohon itu menggugurkan tiga daun yang setiap lembarnya berubah menjadi makanan yang mereka inginkan.

Setelah mendapat makanan secukupnya, Awang pun berhenti makan, tetapi dua sahabatnya itu masih melanjutkan makan. Kendi dan Buyung akhirnya berhenti karena merasa kekenyangan karena tidak sanggup menghabiskan makanan yang mereka minta. Akhirnya nasi yang tidak termakan itu marah lalu menggigit tubuh Kendi.

Kemudian, Buyung yang hanya dapat menghabiskan satu ekor ayam saja, membuang sisa sembilan ekor ayam ke semak-semak. Tanpa diduga, ayam-ayam itu kemudian menyerangnya. Awang hanya bisa terdiam melihat sahabat-sahabatnya tewas mengenaskan.

 

4. Contoh Hikayat Bunga Kemuning

Bunga Kemuning

Alkisah seorang raja yang bijaksana memiliki 10 orang putri yang sangat cantik. Sayangnya, sang istri meninggal saat melahirkan putri bungsunya, Putri Kuning. Suatu hari, Sang Raja hendak pergi keluar kota untuk beberapa saat dan menanyakan oleh-oleh apa yang diinginkan saat sang raja pulang.

Sembilan putrinya meminta hadiah mewah, seperti perhiasan, kain sutra, dan lain-lain. Namun, Putri Kuning hanya meminta sang ayah agar pulang dalam keadaan sehat. Saat sang ayah pergi, kesembilan putrinya hanya bersenang-senang dan meminta pelayan melayaninya secara seenaknya.

Akibat perbuatan sembilan kakaknya, taman kesayangan Sang Raja menjadi kotor. 

Putri Kuning yang berinisiatif membersihkan taman pun diledek oleh kakak-kakaknya dan menyebutnya sebagai “pelayan baru”. Akhirnya, saat Sang Raja pulang, dia memberikan hadiah berupa kalung berwarna hijau yang sangat cantik. Putri Hijau yang merasa iri, akhirnya menghasut saudara-saudaranya untuk mencuri kalung itu.

Namun, saat merebut kalung itu, mereka tidak sengaja memukul kepala Putri Kuning hingga meninggal dunia. Untuk menutupi perbuatannya tersebut, kesembilan putri mengubur Putri Kuning di taman. Raja yang terus mencari Putri Kuning akhirnya menemukan keanehan di taman. Di taman itu tumbuh sebuah bunga berwarna kuning dan memunculkan aroma harum. Akhirnya Raja merawat bunga itu dan menamainya dengan nama Bunga Kemuning.

 

5. Contoh Hikayat Amir

Amir

Dahulu kala di Sumatera, hiduplah seorang saudagar bernama Syah Alam. Syah Alam mempunyai seorang anak bernama Amir. Amir tidak bisa mengatur uangnya dengan baik. Setiap hari dia membelanjakan uang yang diberi ayahnya. Karena sayangnya pada Amir, Syah Alam tidak pernah memarahinya. Syah Alam hanya bisa mengelus dada.

Lama-kelamaan Syah Alam jatuh sakit. Makin hari sakitnya makin parah. Banyak uang yang dikeluarkan untuk pengobatan, tetapi tidak kunjung sembuh. Akhirnya mereka jatuh miskin.

Penyakit Syah Alam makin parah. Sebelum meninggal, Syah Alam berkata, "Amir, Ayah tidak bisa memberikan apa-apa lagi padamu. Engkau harus bisa membangun usaha lagi seperti Ayah dulu. Jangan kau gunakan waktumu sia-sia. Bekerjalah yang giat, pergi dari rumah. Usahakan engkau terlihat oleh bulan, jangan terlihat oleh matahari."

"Ya, Ayah. Aku akan turuti nasehatmu."

Sesaat setelah Syah Amir meninggal, ibu Amir juga sakit parah dan akhirnya meninggal. Sejak itu Amir bertekad untuk mencari pekerjaan. Ia teringat nasihat ayahnya agar tidak terlihat matahari, tetapi terlihat bulan. Oleh sebab itu, ke mana-mana ia selalu memakai payung. 

Pada suatu hari, Amir bertemu Nasrudin, seorang menteri yang pandai. Nasarudin sangat heran dengan pemuda yang selalu memakai payung itu. Nasarudin bertanya kenapa dia berbuat demikian.

Amir bercerita alasannya berbuat demikian. Nazarudin tertawa. Nasarudin berujar, "Begini ya, Amir. Bukan begitu maksud pesan ayahmu dulu. Akan tetapi, pergilah sebelum matahari terbit dan pulanglah sebelum malam. Jadi, tidak mengapa engkau terkena sinar matahari."

Setelah memberi nasihat, Nasarudin pun memberi pinjaman uang kepada Amir. Amir disuruhnya berdagang sebagaimana dilakukan ayahnya dulu.

Amir lalu berjualan makanan dan minuman. Ia berjualan siang dan malam. Pada siang hari, Amir menjajakan makanan, seperti nasi kapau, lemang, dan es limau. Malam harinya ia berjualan martabak, sekoteng, dan nasi goreng. Lama-kelamaan usaha Amir makin maju. Sejak itu, Amir menjadi saudagar kaya.


6. Contoh Hikayat Sri Rama Mencari Sita Dewi

Sri Rama Mencari Sita Dewi

Sita Dewi yang merupakan istri dari Sri Rama menghilang tidak tahu di mana dan kemana. Dan sebagai seorang suami, ia pun pasti merasa kebingungan. Kemudian Sri Rama memutuskan untuk berjalan dan berjalan untuk mencari istrinya dengan dibantu seorang pengawal. Dan kemudian keduanya pun mencari Sita sampai ke dalam hutan.

Di dalam hutan, mereka bertemu seekor burung jantan yang sangat sombong dan memiliki empat istri. Ia pun berbicara dapat menjaga keempat istrinya, dan sedangkan Sri Rama yang menjaga satu orang istri saja tak mampu. Sri Rama merasa tersinggung ketika mendengar hal tersebut, kemudian ia berdoa ke Dewata agar burung itu tak dapat melihat istrinya. Tak lama kemudian, seekor burung itu menjadi buta.

Kemudian, Sri Rama dan juga pengawalnya berkelana lagi dan kemudian bertemu dengan hewan, yaitu seekor bangau yang tengah minum tepat di tepi danau. Sri Rama pun kemudian bertanya ke bangau tersebut apakah ia melihat istrinya.

Dan bangau itu pun kemudian menjawab bahwasanya ia melihat bayang dari seorang wanita dibawa terbang oleh Maharaja Rahwana. Dan Sri Rama pun merasa senang akhirnya ia bisa mendapatkan suatu petunjuk sampai ia mengabulkan permintaan seekor bangau itu, yaitu dapat memanjangkan lehernya agar mudah saat minum.

Di tengah perjalanannya, Rama pun merasa haus. Dan ia melepaskan suatu anak panah yang dapat memandu pengawalnya untuk menemukan mata air. Pengawal itu membawakannya air yang setelah diminum ternyata tak enak dan airnya berbau busuk. Dan kemudian mereka menyusuri sepanjang aliran mata air tersebut dan bertemu seekor burung yang besar dan sedang sekarat, burung tersebut bernama Jentayu.

Rama kemudian bertanya kepadanya apa yang sudah terjadi. Jentayu menceritakan mengenai pertarungannya bersama Rawana, selanjutnya ia memberikan sebuah cincin milik Sita Dewi yang dilempar kepadanya sebelum jatuh ke bumi. Dikarenakan keadaannya yang sangat lemah, jentayu memberikan pesan kepada Rama untuk dapat membesarkan mayatnya di tempat yang tak dihuni oleh manusia. Dan tak lama kemudian, burung itu pun mati.

Rama pun menyuruh pengawalnya untuk mencari suatu tempat yang tak dihuni oleh manusia. Tetapi sayangnya, ia tak menemukan tempatnya. Akhirnya, ia pun memutuskan untuk membakar burung tersebut di tempat itu dan kemudian nyalalah api yang begitu besar. Karena kesaktiannya tersebut, Rama tak terluka sedikitpun. Setelah api tersebut padam, Rama dan juga pengawalnya kembali untuk melanjutkan mencari istrinya.

 

7. Contoh Hikayat Antu Ayek

Antu Ayek

Suatu hari, sang ayah terpaksa menikahkan Gadis Juani dengan Bujang Juandan karena terjerat utang dengan keluarga Bujang Juandan.Bujang Juandan memang pemuda dari keluarga kaya, tetapi yang membuat Gadis Juani sedih adalah rupa Bujang Juandan yang tidak tampan. Selain itu, Bujang Juandan pun menderita penyakit kulit di sekujur tubuhnya, sehingga dia juga dikenal sebagai Bujang Kurap. Akhirnya di malam pernikahan, Gadis Juani tidak kuasa membendung kesedihan ketika arak-arakan rombongan Bujang Juandan tiba. Di tengah kekalutan pikiran, sambil berurai air mata, dia keluar lewat pintu belakang rumah dan berlari menuju sungai. Dia mengakhiri hidupnya di sungai itu dan menjadi arwah penunggu sungai yang dikenal sebagai Antu Ayek.

 

8. Contoh Hikayat Bayan yang Budiman

Bayan yang Budiman

Alkisah di kerajaan Azzam, hiduplah seorang saudagar yang kaya raya dan telah berkeluarga yang bernama Khojan Mubarok. Keluarga itu belum lengkap karena belum mempunyai seorang anak. Walaupun begitu saudagar itu tak putus asa dan juga tak lelah memanjatkan doa agar ia segera mendapatkan anak.

Penantiannya yang panjang itu pun berakhir, karena istrinya sudah mengandung dan juga melahirkan seorang bayi berjenis kelamin laki-laki dan memiliki nama Khojan Maimun. Anak itu pun tumbuh menjadi seorang anak yang baik dan juga soleh. Di usianya yang sudah 15 tahun, anak itu kemudian dinikahkan dengan seseorang yang bernama Bibi Zainab, ia merupakan anak dari seorang saudagar yang kaya.

Dan pada suatu saat, Maimun meminta izin ke istrinya dengan tujuan berlayar. Dan sebelum berlayar, ia membelikan seekor burung Bayan yang berjenis kelamin jantan dan juga burung tiung yang berjenis kelamin betina. Dan ia pun berpesan ke istrinya apabila ia menghadapi suatu masalah sebaiknya ia membicarakannya kepada kedua burung tersebut.

Dan beberapa hari kemudian ketika ia sudah ditinggal suaminya, Bibi Zainab pun merasakan kesepian. Sampai pada suatu hari datang seorang anak dari raja yang jatuh hati kepada kecantikannya dan anak tersebut pun mendekatinya. Lelaki itu kemudian meminta seorang perempuan tua untuk membantunya berkenalan dengan Bibi Zainab. Dan ternyata Bibi Zainab pun juga tertarik kepada lelaki tersebut dan mereka pun saling jatuh cinta.

Di suatu malam Bibi zainab pun pergi dengan anak tersebut dan ia berpamitan kepada burung tiung. Burung itu kemudian menasehatinya agar tak pergi dikarenakan hal itu melanggar aturan dan Ia juga sudah mempunyai seorang suami. Setelah mendengarkan itu, Bibi zainab pun marah dan kemudian membantingkan sangkar dari burung tersebut sehingga membuat burung tersebut mati.

Dan Bibi zainab pun melihat burung bayan yang tengah tertidur. Tetapi nyatanya burung tersebut hanya berpura-pura tidur dikarenakan apabila ia memberikan suatu jawaban yang sama, maka nyawanya juga ikut terancam.

Pada saat zainab berpamitan kepada burung bayan, maka burung tersebut mengatakan, “Kamu boleh pergi, dan bergegaslah karena anak tersebut sudah menunggumu lama. Apa yang telah kamu lakukan, aku yang akan menanggung semuanya. Apa yang dicari manusia yang ada di dunia ini selain dari kesabaran, martabat dan juga kekayaan? Aku hanya seekor burung bayan yang sudah dicabut bulunya oleh istri pemilikku.”

Dan malam berikutnya Bibi zainab pun sering pergi untuk bertemu dengan pemuda tersebut. Di setiap kali ia berpamitan burung tersebut menceritakan suatu kisah. Dan kemudian Bibi Zainab merasa menyesal atas perbuatannya dan tak akan mengulangi perbuatannya itu lagi.

 

9. Contoh Hikayat Seorang Lelaki dan Rumah Sempit

Seorang Lelaki dan Rumah Sempit

Alkisah terdapat seorang lelaki yang datang ke rumah Abu Nawas. Pria tersebut ingin mengeluh kepadanya tentang masalah yang tengah dihadapinya. Ia pun merasakan sedih dikarenakan rumahnya sangat terasa sempit ketika ditinggali oleh banyak orang.

“Wahai Abu Nawas, Saya mempunyai seorang istri dan juga 8 orang anak tetapi rumah saya sangat sempit. Setiap harinya mereka mengeluh dan juga tidak nyaman tinggal di rumah itu. Kami pun ingin pindah dari rumah tersebut, tetapi kami tidak memiliki uang. Jadi tolonglah katakan kepadaku apa yang bisa aku lakukan,” tanyanya.

Mendengar pertanyaan lelaki yang sangat sedih tersebut, Abu Nawas pun berpikir sejenak. Dan tak berapa lama kemudian suatu ide lewat di kepalanya.

“Kamu memiliki domba di rumahmu?” Abu Nawas bertanya kepada lelaki tersebut. “Aku tidak menaiki domba maka dari itu aku tak mempunyainya," jawab lelaki tersebut. Kemudian ketika mendengar jawabannya itu, Abu Nawas pun meminta lelaki itu untuk membeli seekor domba dan menyuruhnya agar menaruhnya di rumah.

Lelaki tersebut kemudian mengikuti usulan dari Abu Nawas dan ia pun pergi untuk membeli domba. Esok harinya, ia pun datang lagi ke rumah Abu Nawas. “Abu Nawas, bagaimana ni? Nyatanya rumahku sekarang semakin sempit dan juga berantakan.”

“Ya sudah kalau begitu kamu cobalah membeli 2 ekor domba lagi dan kamu dapat memeliharanya di rumahmu juga,” jawab Abu Nawas.

Dan kemudian pria itu pun pergi kepasar dan juga ia membeli 2 ekor domba lagi, tetapi hasilnya tak sesuai dengan harapannya karena rumahnya semakin terasa sempit.

Dengan sangat jengkel nya, Ia pun pergi menghadap Abu Nawas lagi untuk mengadukan masalah itu untuk yang ketiga kalinya. Ia pun menceritakan segala apa yang sudah terjadi, termasuk tentang istrinya yang menjadi marah-marah dikarenakan domba itu. Dan kemudian Abu Nawas menyarankan untuk menjualkan semua domba yang ia miliki.

Esok harinya, Abu Nawas dan lelaki tersebut bertemu lagi. Dan Abu Nawas menanyakannya, “Bagaimana rumahmu sekarang? sudah merasa lega?”

“Dan setelah aku menjual domba tersebut rumahku menjadi nyaman ketika di tinggali. Istriku pun sudah tak lagi marah-marah,” jawab lelaki tersebut seraya tersenyum. Dan pada akhirnya Abu Nawas bisa menyelesaikan masalah lelaki tersebut.

 

10. Contoh Hikayat Abu Nawas dan Dua Orang Ibu

Abu Nawas dan Dua Orang Ibu

Abu Nawas diminta Raja Harun untuk memecahkan persoalan tentang perebutan seorang bayi oleh dua orang yang mengaku ibu kandung dari bayi tersebut. Persoalan ini sempat ditangani oleh hakim pengadilan, tetapi para hakim tidak mendapatkan solusi hingga meminta Raja Harun untuk menyelesaikan masalahnya.

Abu Nawas terkenal sebagai seorang yang cerdik hingga diberi kepercayaan untuk menangani masalah ini. Saat sidang diselenggarakan, Abu Nawas meletakkan bayi di atas sebuah meja dan meminta Algojo untuk membelah bayi tersebut.

"Sebelum saya mengambil tindakan apakah salah seorang di antara kalian bersedia menyerahkan bayi itu kepada ibu kandungnya?" tanya Abu Nawas sebelumnya.

Ibu pertama tidak bersedia menyerahkan bayi tersebut karena merasa dia yang berhak atas bayi tersebut.

"Tolonglah, jangan belah bayi itu. Berikanlah bayi itu kepada perempuan yang mengaku sebagai ibu kandungya. Aku rela asalkan bayi itu, tetap bisa hidup," jawab ibu yang kedua. 

Mendengar jawaban dari masing-masing ibu, Abu Nawas sudah mengetahui secara pasti siapa yang memang ibu kandung dari bayi tersebut. Abu Nawas menyerahkan bayi kepada ibu yang kedua karena tidak ada seorang ibu yang rela anak kandungnya terluka. Ia juga meminta kepada hakim untuk menghukum ibu yang pertama karena telah berbohong.


11. Contoh Hikayat Si Miskin

Hikayat Si Miskin

Ini  hikayat  ceritera orang dahulu kala sekali peristiwa Allah Swt menunjukkan kekayaan-Nya kepada hamba-Nya. Maka adalah seorang miskin laki bini berjalan mencari rizkinya berkeliling Negara antahberantah. Adapun nama raja di dalam negara itu Maharaja Indera Dewa. Namanya terlalu  amat  besar kerajaan baginda itu.  Beberapa raja-raja di tanah Dewa itu takluk kepada baginda dan mengantar upeti kepada baginda pada setiap tahun.

Hatta, maka pada suatu hari baginda sedang ramai dihadapi oleh segala raja-raja, menteri, hulubalang, rakyat sekalian di penghadapannya. Maka si Miskin itupun sampailah ke penghadapan itu. Setelah dilihat oleh orang banyak, si Miskin laki bini dengan rupa kainnya seperti dimamah anjing rupanya. Maka orang banyak itupun ramailah ia tertawa seraya mengambil kayu dan batu. Maka dilemparilah akan si miskin itu kena tubuhnya habis bengkak-bengkak dan berdarah. Maka segala tubuhnya pun berlumur dengan darah. Maka orang pun gemparlah. Maka titah baginda, “Apakah yang gempar di luar itu?”. Sembah segala raja-raja itu “Ya tuanku Syah Alam, orang melempar si Miskin tuanku”. Maka titah baginda, “Suruh usir jauh-jauh!”. Maka diusir oranglah akan si Miskin hingga sampailah ke tepi hutan. Maka orang banyak itupun kembalilah. Maka haripun malamlah. Maka bagindapun berangkatlah masuk ke dalam istanannya itu. Maka segala raja-raja dan menteri, hulubalang rakyat sekalian itupun masing-masing pulang ke rumahnya.

Adapun akan si Miskin itu apabila malam iapun tidurlah di dalam hutan itu. Setelah siang hari maka iapun pergi berjalan masuk ke dalam negeri mencari riskinya. Maka apabila sampailah dekat kepada kampung orang. Apabila orang yang empunya kampung itu melihat akan dia. Maka diusirlah dengan kayu. Maka si Miskin itupun larilah. Ia lalu ke pasar. Maka apabila dilihat oleh orang pasar itu si Miskin datang, maka masing-masing pun  datang ada yang melontari dengan batu, ada yang memalu dengan kayu. Maka si Miskin itupun larilah tunggang langgang, tubuhnya habis berlumur dengan darah. Maka menangislah ia berseru-seru sepanjang jalan itu dengan tersengat lapar dahaganya seperti akan matilah rasanya. Maka ia pun bertemu dengan tempat orang membuangkan sampah-sampah. Maka berhentilah ia di sana. Maka dicaharinyalah di dalam sampah yang tertimbun itu barang yang boleh dimakan. Maka didapatinyalah ketupat yang sudah basi dibuangkan oleh orang pasar itu dengan buku tebu lalu dimakannya ketupat yang sebiji itu laki bini. Setelah sudah dimakannya ketupat itu maka barulah dimakannya buku tebu itu. Maka adalah segar sedikit rasanya tubuhnya karena beberapa lamanya tiada merasai nasi.

Hendak mati rasanya. Ia hendak meminta ke rumah orang takut. Jangankan diberi orang barang sesuatu, hampir kepada rumah orang itu pun tiada boleh. Demikianlah si Miskin itu sehari-hari.

Hatta, maka haripun petanglah. Maka si Miskin pun berjalanlah masuk ke dalam hutan tempatnya sediakala itu. Di sanalah ia tidur. Maka disapunyalah darah-darah yang ditubuhnya tiada boleh keluar karena darah itu sudah kering. Maka si Miskin itupun tidurlah di dalam hutan itu. Setelah pagi-pagi hari maka berkatalah si Miskin kepada isterinya, “Ya  tuanku, matilah rasaku ini. Sangatlah sakit rasanya tubuhku ini. Maka tiadalah berdaya lagi hancurlah rasanya anggotaku ini.” Maka iapun tersedu-sedu menangis. Maka terlalu belas rasa hati isterinya melihat laku suaminya demikian itu. Maka iapun menangis pula seraya mengambil daun kayu lalu dimamahnya. Maka disapukannyalah seluruh tubuh suaminya sambil ia berkata, “Diamlah, tuan jangan menangis.”

Maka selaku ini adapun akan si miskin itu aslinya daripada raja keinderaan. Maka  kena  sumpah  Batara Indera maka jadilah ia demikian itu. Maka adalah suaminya itu pun segarlah sedikit tubuhnya. Setelah itu maka suaminya pun masuk ke dalam hutan mencari  ambat  yang muda yang patut dimakannya. Maka dibawanyalah kepada isterinya. Maka demikianlah laki bini.

Hatta beberapa lamanya maka isteri si Miskin itupun hamillah tiga bulan  lamanya. Maka isterinya  menangis hendak  makan  buah mempelam yang ada di dalam taman raja itu. Maka suaminya itupun terketukkan hatinya tatkala ia di Keinderaan menjadi raja tiada ia mau beranak. Maka sekarang telah mudhorot. Maka baharulah hendak beranak seraya berkata kepada isterinya, “Ayo, hai Adinda. Tuan hendak membunuh kakandalah rupanya ini. Tiadakah tuan tahu akan hal kita yang sudah lalu itu? Jangankan hendak meminta barang suatu, hampir kepada kampung orang tiada boleh.”

Setelah didengar oleh isterinya kata suaminya demikian itu, maka makinlah sangat ia menangis. Maka kata suaminya, “Diamlah tuan, jangan menangis! Berilah kakanda pergi mencaharikan tuan buah mempelam itu, jikalau dapat oleh kakanda akan buah mempelam itu kakanda berikan pada tuan.”

Maka isterinya itu pun diamlah. Maka suaminya itu pun pergilah ke pasar mencahari buah mempelam itu. Setelah sampai di orang berjualan buah mempelam, maka si Miskin itu pun berhentilah di sana. Hendak pun dimintanya takut ia akan dipalu orang. Maka kata orang yang berjualan buah mempelam, “Hai miskin. Apa kehendakmu?”

Maka sahut si Miskin, “Jikalau ada belas dan kasihan serat rahim tuan akan hamba orang miskin hamba ini minta diberikan yang sudah terbuang itu. Hamba hendak memohonkan buah mempelam tuan yang sudah busuk itu barang sebiji sahaja tuan.”

Maka terlalu belas hati sekalian orang pasar itu yang mendengar kata si Miskin. Seperti hancurlah rasa hatinya. Maka ada yang memberi buah mempelam, ada yang memberikan nasi, ada yang memberikan kain baju, ada yang memberikan buah-buahan. Maka si Miskin itupun heranlah akan dirinya oleh sebab diberi orang pasar itu berbagai-bagai jenis pemberian. Adapun akan dahulunya jangankan diberinya barang suatu hampir pun tiada boleh. Habislah dilemparnya dengan kayu dan batu. Setelah sudah ia berpikir dalam hatinya demikian itu, maka ia pun kembalilah ke dalam hutan mendapatkan isterinya.

Maka katanya, “Inilah Tuan, buah mempelam dan segala buah-buahan dan makan-makanan dan kain baju. Itupun diinjakkannyalah isterinya seraya menceriterakan hal ihwalnya tatkala ia di pasar itu. Maka isterinya pun menangis tiada mau makan jikalau bukan buah mempelam yang di dalam taman raja itu. “Biarlah aku mati sekali.”

Maka terlalulah sebal hati suaminya itu melihatkan akan kelakuan isterinya itu seperti orang yang hendak mati. Rupanya tiadalah berdaya lagi. Maka suaminya itu pun pergilah menghadap Maharaja Indera Dewa itu. Maka baginda itupun sedang ramai dihadap oleh segala raja-raja. Maka si Miskin datanglah. Lalu masuk ke dalam sekali. Maka titah baginda, “Hai Miskin, apa kehendakmu?” Maka sahut si Miskin, “Ada juga tuanku.” Lalu sujud kepalanya lalu diletakkannya ketanah, “Ampun Tuanku, beribu-ribu ampun tuanku. Jikalau ada karenanya  Syah  Alam akan patuhlah hamba orang yang hina ini hendaklah memohonkan daun mempelam Syah Alam yang sudah gugur ke bumi itu barangkali Tuanku.

Maka titah baginda, “Hendak engkau buatkan apa daun mempelam itu?”    Maka sembah si Miskin, “Hendak dimakan, Tuanku.” Maka titah baginda, “Ambilkanlah barang setangkai berikan kepada si Miskin ini”.

Maka diambilkan oranglah diberikan kepada si Miskin itu. Maka diambillah oleh si Miskin itu seraya menyembah kepada baginda itu. Lalu keluar ia berjalan kembali. Setelah itu maka baginda pun berangkatlah masuk ke dalam istananya. Maka segala raja-raja dan menteri hulubalang rakyat sekalian itupun masing-masing pulang ke rumahnya.  Maka si Miskin pun sampailah kepada tempatnya. Setelah dilihat oleh isterinya akan suaminya datang itu membawa buah mempelam setangkai. Maka ia tertawa-tawa. Seraya disambutnya lalu dimakannya.

Maka adalah antaranya tiga bulan lamanya. Maka ia pun menangis pula hendak makan nangka yang di dalam taman raja itu juga. Maka si Miskin itu pun pergilah pula memohonkan kepada baginda itu. Maka sujudlah pula ia kepada baginda. Maka titah baginda, “Apa pula kehendakmu hai miskin?”

Maka sahut si Miskin, “Ya Tuanku, ampun beribu-ribu ampun.” Sahut ia sujud kepalanya lalu diletakkannya ke tanah. Sahut ia berkata pula, “Hamba ini orang yang miskin. Hamba minta daun nangka yang gugur ke bumi, barang sehelai. Maka titah baginda, “Hai Miskin, hendak kau buatkan apa daun nangka? Baiklah aku beri buahan barang sebiji.” Maka diberikan kepada si Miskin itu. Maka ia pun sujud seraya bermohon kembali mendapatkan isterinya itu.

Maka ia pun sampailah. Setelah dilihat oleh isterinya itu suaminya datang itu, maka disambutnya buah nangka itu. Lalu dimakan oleh isterinya itu.    Adapun selama isterinya si Miskin hamil maka banyaklah makanmakanan dan kain baju dan beras padi dan segala perkakas-perkakas itu diberi orang kepadanya.

Hatta maka dengan hal yang demikian itu maka genaplah bulannya. Maka pada ketika yang baik dan saat yang sempurna pada malam empat belas hari bulan. Maka bulan itu pun sedang terang. Maka pada ketika itu isteri si Miskin itu pun beranaklah seorang anak laki terlalu amat baik parasnya dan elok rupanya. Maka dinamainya akan anaknya itu Markaromah artinya anak di dalam kesukaran. Maka dipeliharakannyalah anaknya itu. Maka terlalu amat kasih sayangnya akan anak itu. Tiada boleh bercerai barang seketika jua pun dengan anaknya Markaromah itu.

Hatta, maka dengan takdir Allah Swt. menganugarahi kepada hambanya. Maka si Miskin pun menggalilah tanah hendak berbuat tempatnya tiga beranak itu. Maka digalinyalah tanah itu hendak mendirikan tiang teratak itu. Maka tergalilah kepada sebuah telaju yang besar berisi emas terlalu banyak. Maka isterinya pun datanglah melihat akan emas itu. Seraya berkata kepada suaminya, “Adapun akan emas ini sampai kepada anak cucu kita sekalipun tiada habis dibuat belanja.”

MATERI TEKS ANEKDOT

A. PENGERTIAN TEKS ANEKDOT

Dikutip dari Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), teks anekdot merupakan sebuah cerita singkat yang menarik karena terdapat unsur lucu dan mengesankan. Selain bersifat lucu dan menghibur, teks anekdot biasanya menceritakan kehidupan sehari-hari mengenai orang penting atau terkenal yang merepresentasikan  kejadian sebenarnya. Jadi, teks anekdot adalah cerita lucu yang didasari oleh kejadian nyata dan mempunyai maksud sindiran/kritikan.


B. STRUKTUR TEKS ANEKDOT

Suatu anekdot dibentuk oleh orientasi, komplikasi, dan evaluasi. 

1. Orientasi adalah bagian anekdot yang berisi pengenalan kondisi atau karakter tokoh, penggambaran hal-hal terkait dengan apa, kapan, di mana, siapa, mengapa, bagaimana, dan gambaran tentang masalah yang akan dihadapi tokoh.
Contoh: Perkenalkan, saya Didi. Di sini ada kuli bangunan? Wah, berarti saya satu-satunya ya di sini. Ngomong-ngomong soal liburan, buat kebanyakan orang, liburan itu obat stres, tapi buat saya malah bikin stres. Datang liburan orang-orang sibuk nyiapin rencana mau liburan ke mana. Saya malah sibuk nyari alasan.

2. Komplikasi berisi masalah yang dihadapi tokoh. Pada bagian ini, penulis menyampaikan puncak cerita yang mengundang tawa sekaligus kritikan terhadap topik yang diangkat. Bagian ini disebut juga dengan krisis dan reaksi. Krisis atau komplikasi merupakan bagian yang beris kekonyolan yang menggelitik dan mengundang tawa. Tanggapan atau respons atas krisis yang dinyatakan sebelumnya disebut sebagai reaksi Reaksi dapat berupa sikap mencela atau menertawakan. 
Contoh:
Anak saya minta liburan, "Pak, ingin ke Dufan."
"Nak, Jakarta banjir." 
"Ya udah Pak, ke Tangkuban Perahu."
"Nak, perahunya bocor."
"Ah bilang aja, Bapak gak punya uang." 
"Cerdas!"

3. Evaluasi berisi komentar terhadap isi atau pesan dari fenomena yang telah diceritakan. Bagian ini disebut juga sebagai koda. Namun, bagian ini bersifat pilihan; dapat ada ataupun tidak ada.
Contoh: Anak saya itu memang jarang liburan.



C. POLA PENYAJIAN TEKS ANEKDOT

Dalam hal pola penyajian, teks ini terdapat 2 cara yaitu dengan narasi atau pun dengan percakapan secara langsung.

1) Pola penyajian dengan dialog atau percakapan langsung, terdapat kalimat langsung yang ditandai dengan tanda petik pada awal dan akhir kalimat, huruf kapital pada awal huruf setelah tanda petik, serta antara pembicara dan kalimat yang dibicarakan dipisahkan dengan titik dua (:). Percakapan langsung lebih mirip dengan naskah drama.

2) Pola penyajian dengan narasi, lebih mirip dengan cerita pada umumnya, yang dikemas dalam sebuah alur, tokoh dan penokohan serta ada latar suasana yang dibangun dalam penyampaian dan penulisannya.



D. KAIDAH KEBAHASAAN TEKS ANEKDOT

Kaidah kebahasaan teks anekdot terdiri dari pertanyaan retoris, majas sindiran, dan kata kerja material

1. Pertanyaan Retoris

Apakah kalian pernah mendapatkan pertanyaan yang sudah jelas jawabannya? Itulah yang dinamakan pertanyaan retoris. Pertanyaan retoris bisa dijawab oleh penanya itu sendiri. Pertanyaan ini diberikan untuk menyindir, memberi nasihat, dukungan, atau pesan terhadap orang lain secara halus.
Contoh:
Siapa yang tidak ingin bahagia?
Menurutmu, kamu tak pernah berdosa?
Apakah setiap orang berhak berbuat baik?
 
2. Majas Sindiran
Majas sindiran merupakan kelompok majas yang mengungkapkan maksud atau gagasan dengan cara menyindir. Tujuannya adalah meningkatkan kesan dan makna kata terhadap pembaca. Majas sindiran terdiri tiga macam, yaitu ironi, sinisme, dan sarkasme.
a. Ironi
Ironi adalah gaya bahasa yang melukiskan suatu maksud dengan mengatakan kebalikan dari keadaan yang sebenarnya denga maksud menyindir.
Contoh: Harga kedelai murah sekali sampai pabrik tahu dan tempe tutup karenanya.
b. Sinisme
Sinisme adalah gaya bahasa berupa ejekan atau sindiran meng gunakan kata-kata kasar yang disampaikan secara langsun dengan setulus hati.
Contoh: Untuk apa punya banyak uang jika makan saja harus diatur timbangannya.
                Biar sewa, yang penting keren.
c. Sarkasme
Majas sarkasme merupakan gaya sindiran yang paling keras d antara tiga majas sindiran yang ada. Majas ini secara terang-terang menyinggung, menyindir, atau menyerang seseorang atau sesuatu secara langsung, bahkan menggunakan kata-kata yang kasar. 
Contoh: Sudah tahu tidak punya uang, masih saja ingin pergi liburan. Jangan mimpi!

E. CONTOH TEKS ANEKDOT
Contoh Teks Anekdot 1
 
Sekolah Bertarif Internasional
 
Suatu ketika, di sekolah negeri “entah di mana”, seorang Bapak Guru memberi tahu kepada anak didiknya bahwa sekolah mereka akan berubah status menjadi SBI (Sekolah Bertaraf Internasional). “Anak-anak, ada kabar gembira untuk kita semua. Tidak lama lagi, sekolah kita akan menjadi SBI. Nah, untuk menyambut hal ini, saya mau tanya kira-kira apa yang akan kalian siapkan?” tanya sang guru.
 
“Azis, apa yang akan kamu lakukan untuk menyambut ini?” tanya guru tersebut lebih lanjut. Dengan sigap, Azis menjawab pertanyaan pak guru “Belajar bahasa Inggris agar mampu berbicara bahasa Inggris, Pak.” jawab Azis.
 
“Bagus sekali, kalau kamu, Gusti? tanya guru kepada Gusti. “Harus siapkan uang, Pak.” jawab Gusti. “Lho, kok uang?” tanya pak guru lebih lanjut. “Ya, Pak. Soalnya kalau sekolah kita statusnya sudah SBI, pasti bayarnya lebih mahal. Masa sih bayarnya kayak sekolah biasa? Udah gitu, pasti nanti dimintai iuran untuk ini itu.” jelas Gusti lebih lanjut.
 
“Jawabanmu kok sinis sekali? Begini lho, kalau sekolah kita bertaraf Internasional, artinya sekolah kita itu setara dengan sekolah luar negeri. Jadi, kalian seperti sekolah di luar negeri” sang guru melanjutkan penjelasannya.
 
“Tapi Pak, kalau menurut saya, SBI itu bukan Sekolah Bertaraf Internasional, tapi Sekolah Bertarif Internasional” Gusti juga melanjutkan penjelasannya.
 
Nah, makna tersirat teks anekdot ini yaitu sekolah tidak dapat diberi standar bagus dan tidaknya dari sekolah yang ada di luar negeri. Hal itu karena yang menjadikan sekolah bagus adalah kualitas dari pendidiknya, lingkungannya, serta muridnya. Selain itu, sekolah yang mengikuti standar internasional memakan biaya yang lebih banyak, dan tidak semua orang mampu menyekolahkan anaknya ke sekolah tersebut.
 
 
 
Contoh Teks Anekdot 2
 
Menyambung Kabel Telepon
 
Setelah lulus dari perguruan tinggi, Fathan menemukan salah satu pamannya yang sangat kaya dan tidak memiliki anak, meninggal dan meninggalkan banyak uang untuknya, jadi dia memutuskan untuk mendirikan agen perumahannya sendiri.
 
Fathan menemukan kantor yang bagus. Ia membeli beberapa perabot baru dan pindah ke sana. Ia baru berada di sana selama beberapa jam ketika dia mendengar seseorang datang ke pintu kantornya.
 
"Itu pasti pelanggan pertamaku," pikir Fathan. Ia segera mengangkat telepon dan berpura-pura sangat sibuk menjawab panggilan penting dari seseorang di Jakarta Utara yang ingin membeli rumah besar dan mahal di daerah tersebut.
 
Pria itu mengetuk pintu, masuk dan menunggu dengan sopan sampai Fathan menyelesaikan percakapannya di telepon. Kemudian pria itu berkata kepada Fathan, "Saya dari perusahaan telepon dan saya dikirim ke sini untuk menyambungkan kabel telepon Anda."
 
Nah, pada contoh teks anekdot di atas, cerita tersebut membahas dengan jelas mengenai Fathan yang ingin menyombongkan diri dengan berpura-pura sibuk menerima telepon. Namun petugas perusahaan telepon yang melihat Fathan tahu bahwa telepon di gedung itu tidak berfungsi. Contoh teks anekdot tersebut memberi konteks siapa itu Fathan dan apa yang sedang dia lakukan, sehingga pembaca dapat memahami makna ceritanya. Hal yang bisa kamu pelajari dari cerita ini adalah untuk tidak berusaha sombong dan mengetahui situasi yang kamu hadapi.
 
 
 
Contoh Teks Anekdot 3
 
Sekarang Pukul Berapa?

 
Seorang gelandangan tidur di taman. Ia dibangunkan setelah tidur selama 5 menit oleh seorang pria. "Permisi. Apakah Anda tahu pukul berapa sekarang?" Gelandang itu menjawab, "Maaf saya tidak punya jam tangan, jadi saya tidak tahu sekarang pukul berapa." Pria itu meminta maaf karena membangunkan gelandangan itu, lalu melangkah pergi. Gelandang itu kembali melanjutkan tidurnya. Setelah beberapa saat, Ia dibangunkan oleh seorang wanita, yang sedang berjalan-jalan dengan anjingnya.
 
Wanita itu berkata, "Maaf mengganggu tidur Anda, tetapi sepertinya saya kehilangan jam tangan saya. Apa Anda tahu sekarang pukul berapa?" Gelandang itu sedikit kesal karena dibangunkan lagi, tetapi dia dengan sopan memberi tahu wanita itu bahwa dia tidak punya jam tangan dan tidak tahu pukul berapa.
 
Setelah wanita itu pergi, gelandangan itu punya ide. Ia membuka tas miliknya dan mengeluarkan pena dan selembar kertas. Di kertas itu, Ia menulis, 'Saya tidak punya jam tangan. Saya tidak tahu sekarang pukul berapa.'
 
Ia kemudian menggantungkan kertas itu di lehernya dan kembali melanjutkan tidurnya. Setelah sekitar 15 menit, seorang polisi yang sedang berjalan di taman melihat gelandangan tertidur di bangku, dan membaca tulisan yang digantung di lehernya.
 
Polisi itu membangunkan si gelandangan dan berkata, "Saya membaca tulisan yang digantung di leher Anda. Saya pikir Anda ingin tahu bahwa sekarang pukul 14.30."
 
Makna teks anekdot di atas memberi penjelasan bahwa seorang gelandangan berusaha untuk tidur, tapi selalu diganggu oleh orang-orang yang melewatinya dengan menanyakan pukul berapa saat itu. Ia memiliki ide agar orang-orang berhenti mengganggu tidurnya dengan menuliskan informasi bahwa ia tidak tahu pukul berapa saat itu, sehingga orang-orang tidak akan menanyakannya. Namun, ada seorang polisi yang mengira bahwa gelandangan tersebut ingin mengetahui pukul berapa saat itu.
 
Nah, hal yang bisa kamu pelajari dari teks anekdot di atas adalah dengan tidak menganggap semua orang berpikiran hal yang sama dan mudah mengambil kesimpulan. Jikalau gelandangan tersebut tidak berpikiran semua orang akan mengganggu tidurnya, maka ia tidak akan menulis ia tidak tahu pukul berapa, sehingga tidak akan dibangunkan oleh polisi.
 
 
 
 
Contoh Teks Anekdot 4
 
Menghitung Keledai
 
Suatu hari Abu Ali pergi ke pasar dan membeli sembilan keledai. Dia pulang ke rumah dengan menunggangi salah satu keledai, dan delapan ekor keledai lainnya mengikuti di belakang.
 
Setelah beberapa saat, Abu Ali berkata pada dirinya sendiri, “Saya harus memastikan semua keledai saya ada di sini.” Ia berbalik untuk menghitungnya.
 
“Satu, dua, tiga, empat, lima, enam, tujuh, delapan. Oh! Di mana keledai yang kesembilan?" Abu Ali panik.
 
Ia melompat turun dari keledainya, melihat ke balik bebatuan dan balik pepohonan. Tapi tidak ada keledai yang tertinggal.
 
“Saya akan menghitungnya lagi,” kata Abu Ali. “Satu, dua, tiga, empat, lima, enam, tujuh, delapan, sembilan. Oh, keledai yang kesembilan pasti sudah kembali.”
 
Abu Ali kembali menunggangi keledainya dan pergi.
 
Setelah beberapa saat, Ia menghitung keledainya lagi. Tapi jumlah yang dihitungnya hanya ada delapan ekor keledai! Sekali lagi Ia melihat ke balik bebatuan dan balik pepohonan. Tapi tidak ada keledai yang tertinggal.
 
"Saya akan menghitung lagi," katanya, dan kali ini ada sembilan ekor.
 
Saat itu Abu Ali melihat temannya Musa sedang berjalan. "Musa," panggilnya. “Bantu saya menghitung keledaiku. Saya merasa selalu kekurangan satu ekor. Kalau saya berhenti untuk menghitung ada berapa ekor, saya hanya melihat delapan ekor saja. Tapi kalau saya turun dari keledai yang sedang ditunggangi lalu mencoba berhitung, keledai yang kesembilan, dia ada lagi!”
 
“Saya justru bisa melihat ada sepuluh ekor keledai,” tawa Musa. “Dan keledai yang kesepuluh namanya Abu Ali.”
 
Nah, dari contoh teks anekdot di atas dapat diketahui bahwa Abu Ali tidak pandai dalam berhitung. Musa menganggap Abu Ali sebagai keledai karena ia tidak bisa menghitung sesuatu yang sederhana. Hal yang bisa kamu pelajari dari teks anekdot ini adalah untuk tidak naif dan polos, agar tidak merugikan diri sendiri.
 
 
 
 Contoh Teks Anekdot 5
 
Becak Dilarang Masuk
 

Ceritanya ada seorang tukang becak asal Madura yang pernah dipergoki oleh polisi ketika melanggar rambu “Becak dilarang masuk”. Tukang becak itu masuk ke jalan yang ada rambu gambar becak disilang dengan garis hitam yang berarti jalan itu tidak boleh dimasuki becak.
 
“Apa kamu tidak melihat gambar itu? Itu kan gambar becak tak boleh masuk jalan ini!” bentak Pak Polisi. “Oh saya melihat Pak, tapi itu kan gambarnya becak kosong tidak ada pengemudinya. Becak saya kan ada yang mengemudi, tidak kosong berarti boleh masuk,” jawab si tukang becak.
 
Nah, makna tersirat yang bisa kamu pelajari dari teks anekdot ini adalah memahami peraturan sebagaimana aturan tersebut dibuat. Tidak hanya membuatmu menjadi tidak disiplin, tetapi juga bisa jadi membahayakan orang di sekitar. Seperti tukang becak ini yang beralasan aturannya hanya bisa dipatuhi jika becak tersebut kosong.
 
 
 
Contoh Teks Anekdot 6
 
Berkat Kanker Otak
 
Rutinitas belajar dan mengajar selalu diawali dengan cek presensi. Setiap guru yang masuk akan memanggil satu per satu murid yang hadir. Aturan yang sama berlaku di SMA Ruangguru. Pada saat itu, guru Bahasa Indonesia yang terkenal galak mulai memanggil setiap murid. Dengan nada tegas dan ekspresi kaku, ia menyebut nama murid. Hal ini menyebabkan murid yang dipanggil pun menjawab tak kalah lantangnya.
 
“Andi Ahmad”
 
“Hadir Bu!”
 
“Azmi Mahdi”
 
“Hadir Bu!”
 
“Bayu Satria”
 
“Hadir Bu”
 
“Akhirnya kamu masuk sekolah juga yah. Kenapa kamu kemarin tidak masuk?”
 
“Saya mesti ke rumah sakit, Bu,” jawab Bayu sembari senyum.
 
“Kenapa kamu jawab pertanyaan saya sambil senyum-senyum?” jawab sang guru kesal.
 
“Iya Bu, soalnya kata dokter saya terkena kanker otak.”
 
“Apa yang lucu? Kanker otak itu berbahaya.”
 
“Saya senang Bu. Ibu sudah tidak bisa bilang ‘dasar kamu tidak punya otak’ karena otak saya rusak.”
 
Seisi kelas meringis mendengar jawaban Bayu. Mereka ingin tertawa, tetapi khawatir dimarahi sang guru.
 
Nah, makna yang bisa kamu pelajari dari contoh teks anekdot ini adalah untuk tidak berbicara buruk, mengejek atau mengumpat, meskipun kepada orang yang lebih muda daripada kita.  Hal ini karena kata-kata yang sudah telanjur diucapkan tidak bisa ditarik kembali, bahkan mungkin bisa membuat kita merasa lebih buruk.
 
 
 
Contoh Teks Anekdot 7
 
Modal Huruf
 
Pada suatu hari ada seorang guru di sebuah sekolah dasar yang sedang bertanya kepada muridnya tentang hasil belajar menghafalkan huruf.
 
Pak guru bertanya kepada Farid tentang berapa huruf yang sudah Farid hafal, kemudian Farid menjawab bahwa ternyata dia hanya akan menghafalkan huruf C D E F G A B C.
 
Setelah mendengar jawaban tersebut, pak guru pun bingung dan bertanya kembali kepada Farid kenapa dia hanya mau menghafalkan tujuh huruf saja.
 
Lalu Farid menjawab dengan lantang bahwa dengan menghafal tujuh huruf tersebut saja, Farid bisa jadi pemusik yang hebat dan menghasilkan banyak uang. Mendengar jawaban tersebut, kemudian pak guru hanya mengangguk-ngangguk saja dan berbicara “benar juga”.
 
Nah, hal yang bisa kamu pelajari dari makna tersirat teks anekdot di atas adalah mengetahui konteks sebuah persoalan. Selain itu, jika seseorang melakukan kesalahan, meskipun dalam belajar, maka harus kita koreksi, bukan malah turut membenarkannya.
 
 
 
Contoh Teks Anekdot 8
 
Tukang Roti
 
Pada pagi hari yang cerah, Azka sengaja belum sarapan karena ingin membeli bubur di depan komplek. Namun, tiba-tiba terdengar bel pedagang roti. Tanpa pikir panjang, Azka pun langsung menuju teras rumah untuk memanggil si tukang roti.
 
Azka: “Bang, jual roti apa aja?”
 
Tukang roti: “Banyak macamnya mas, lihat dan pilih saja sendiri.”
 
Azka: Ini apa, “Bang?”
 
Tukang roti: “Kalau yang ini nanas, Mas.”
 
Azka: “Kalau yang ini apa?”
 
Tukang roti: “Srikaya.”
 
Azka: “Bang, kalau yang ini?”
 
Tukang roti: “Blueberry, Mas.”
 
Azka: “Lho gimana sih, terus mana rotinya, saya mau beli roti bukan buah, kok dari tadi yang disebutkan buah-buahan aja, ya udah deh saya ga jadi beli.”
 
Tukang roti: “Bengong dan kemudian malah jatuh pingsan.”
 
 
 
Nah, makna tersirat yang bisa kamu ambil dari contoh teks anekdot ini adalah untuk menjawab sesuatu dengan jelas, dan tidak ambigu. Karena bisa jadi jawaban yang diberikan bisa memberi makna yang berbeda, sehingga lawan bicaramu salah paham.
 
 
 
Contoh Teks Anekdot 9
 
Penjual Kue Yang Hebat

 
Caca membeli beberapa kue dari seorang nenek di pinggir jalan, namun ia tidak bisa melanjutkan perjalanan pulangnya karena tiba-tiba hujan turun deras sekali. Akhirnya Caca dan si nenek penjual kue pun sama-sama berteduh.
 
Agar tidak terlalu terasa canggung, Caca pun memulai obrolan “Nek, sudah lama jualan kue?” “Sudah sekitar 35 tahun, Nak”, jawab nenek. Caca kembali bertanya, “Memangnya tidak ada yang membantu, Nek?Anak-anak nenek kemana?”
 
“Anak-anak saya sibuk kerja, ada yang di Polda, rumah sakit, dan juga sekolah” Caca pun kagum mendengar jawaban nenek itu, “Wow, hebat! Walau hanya berjualan kue, namun anak-anak nenek sukses semua ya?” “Ya sama saja Nak, kerjanya seperti saya, jualan kue.”
 
Nah, makna tersirat dari teks anekdot di atas adalah ketidakseimbangan kondisi ekonomi dalam masyarakat sosial. Hal ini bisa kamu ketahui bahwa anak-anak dari karakter nenek harus turut berjualan kue juga. Maka dari itu, kamu harus bisa belajar lebih giat dan menjadi seseorang yang bermanfaat sehingga bisa membantu orang yang lebih membutuhkan.
 
 
 
 
 
Contoh Teks Anekdot 10
 
Ekstrakurikuler
 
Suatu hari, mengawali tahun ajaran baru, seorang guru melakukan sosialisasi kepada siswa baru mengenai pentingnya mengikuti kegiatan ekstrakurikuler di sekolah. “Anak-anak, selain kalian akan mendapatkan berbagai ilmu di sekolah ini, kalian juga dapat mengikuti ekstrakurikuler.”
 
Ada banyak jenis ekstrakurikuler yang bebas dipilih, diantaranya seperti Pramuka, PMR, PBB, basket, Rohis, paduan suara, drumband, dan masih banyak yang lainnya.” jelas guru tersebut. Mendengar penjelasan guru itu, murid-murid pun penasaran sehingga mereka bertanya ke guru tersebut. Benny, salah satu murid yang ada di kelas itu bertanya, “Bu, memangnya apa gunanya ekstrakurikuler?”
 
Guru itu pun menjelaskan dengan detail, “Tentu saja banyak manfaatnya, diantaranya melatih kedisiplinan, kepemimpinan, dan lain sebagainya.” “Termasuk tambahan uang saku ya, Bu?” Anto pun menimpali. Ibu guru yang mendengarnya hanya dapat tersenyum.
 
Nah, hal yang bisa kamu pelajari dari makna tersirat teks anekdot “Ekstrakurikuler” adalah melakukan sesuatu tergantung niatnya. Tentu mendapatkan uang saku tambahan bagi anak sekolah merupakan hal yang dapat membuat hati senang. Namun, kamu harus mengetahui bahwa uang saku tambahan adalah uang yang diberikan oleh orang tua untuk memenuhi kebutuhan tambahan. Sehingga, ketika kamu mengikuti kegiatan ekstrakurikuler, sepatutnya kamu memahami kenapa kamu ingin bergabung, dan uang saku tambahan yang diberi orang tuamu harus digunakan sebaik mungkin sesuai kebutuhan.
 
 
 
Contoh Teks Anekdot 11
 
Obrolan Presiden Saat di Pesawat
 
Gus Dur merasa bosan dan mencoba mencari suasana di pesawat RI-01. Kali ini Gus Dur mengundang Presiden Amerika Serikat (AS) dan Prancis pada saat itu, untuk terbang bersama Gus Dur berkeliling dunia.
 
Seperti biasa, setiap presiden selalu ingin memamerkan apa yang menjadi kebanggaan negara yang dipimpin mereka. Tidak lama Presiden AS, Bill Clinton mengeluarkan tangannya, lalu sesaat kemudian dia berkata, "Wah kita sedang berada di atas New York!"
 
Gus Dur pun menanggapi dan berkata, "Lho kok bisa tahu, sih?"
 
"Ini patung Liberty kepegang!" jawab Bill Clinton dengan bangganya.
 
Tidak mau kalah, Presiden Prancis saat itu, Jacques Chirac, ikut menjulurkan tangannya keluar pesawat.
 
"Tahu tidak, kita sedang berada di atas Kota Paris!" dengan sombongnya.
 
"Wah ... kok bisa tahu juga?" saut Gus Dur.
 
"lni menara Eiffel kepegang!" jawab presiden Perancis.
 
Karena disombongi oleh Clinton dan Chirac, giliran Gus Dur yang menjulurkan tangannya keluar pesawat.
 
"Wah ... kita sedang berada di atas Tanah Abang!" teriak Gus Dur.
 
"Lho kok bisa tahu, sih?" tanya Clinton dan Chirac heran karena tahu Gus Dur itu kan nggak bisa melihat dengan baik.
 
"Ini jam tangan saya hilang." jawab Gus Dur bernada kalem.
 
 
 
Nah, makna tersirat yang terkandung pada teks anekdot ini adalah daerah Tanah Abang merupakan tempat yang dipenuhi oleh pencopet. Ketika Gus Dur mengeluarkan tangannya ke luar pesawat, jam tangannya hilang, ia bercanda bahwa jam tangannya telah diambil oleh pencopet. Dari teks ini, yang bisa kamu pelajari adalah untuk menjaga barang-barang yang kamu miliki, terlebih ketika berada di tempat umum. Selalu berhati-hati di mana saja, agar barangmu tidak dicuri oleh orang lain.
 
 
 
Contoh Teks Anekdot 12

Liburan Kuli Bangunan

Assalamu'alaikum warrahmatullahi wabarakatuh. Perkenalkan, saya Didi. Di sini ada kuli bangunan? Wah, berarti saya satu-satunya ya di sini. Ngomong-ngomong soal liburan, buat kebanyakan orang, itu obat stres, tapi buat saya malah bikin stres. Datang liburan orang orang sibuk nyiapin rencana mau liburan ke mana. Saya malah sibuk nyari alasan.
Anak saya minta liburan, "Pak, ingin ke Dufan."
"Nak, Jakarta banjir."
"Ya udah Pak, ke Tangkuban Perahu." "Nak, perahunya bocor."
"Ah bilang aja, Bapak gak punya uang."
"Cerdas!"
Anak saya itu memang jarang liburan. Saya bawa ke tempat kerja saja, menurut dia itu tamasya. Dari pagi sampai sore, dia anteng nyusun lego, pakai batu bata. Kalau orang lain nyusun lego, anak anak, ya jadi robot, anak saya jadi pos ronda.
Pulang ke rumah ditanya sama istri saya, "Gimana Nak, seru main sama Bapak?"
"Mantap, Mah! Pokoknya udah gede aku mau jadi kuli bangunan." "Hey, masa perempuan jadi kuli banguan.." "Gak apa-apa, Mah, emansipasi!"
Ya, anak saya itu memang jarang liburan, jadi dia itu norak. emarin saja saya bawa ajak mandi bola, dia bawa handuk.
Istri saya langsung ngomong, "Nak, mandi bola gak usah bawa handuk, Kan udah disediain." Tapi bukan cuma anak saya, saya juga jarang liburan. Satu-satunya liburan saya ya di acara ini. Buat saya kompetisi ini liburan. Gimana enggak coba? Saya dapat pergi ke Jakarta, tidur di hotel, kasurnya empuk, kalau saya tidur langsung terbayang hal indah. Gak kaya di rumah. Saya ketika tidur langsung terbayang cicilan. Tapi, gara-gara itu saya sering diprotes sama anak saya. Dia bilang gini, "Bapak curang. Tidur di hotel, makan nasi kotak, tiap hari naik lift." "Nak, kan Bapak di sana kerja."
"Apa Pak? Kerja? Preet! Katanya Jakarta banjir." "Nak, iya banjir, makanya Bapak ke Jakarta naik tongkang."
Anak saya itu sering protes karena dia itu ingin banget ke Jakarta, ingin tahu Dufan. Kalau orang lain, anak yang lain, ingin tahu Dufan dibawa ke Dufan. Anak saya ingin tahu Dufan dibawa ke warnet. "Tuh Nak, Dufan, Dufan itu."
Tapi saya jadi tahu walaupun dari warnet, ternyata banyak wahana di Dufan itu, salah satunya rumah miring. Rumah miring, ini kalau mandor saya tahu, dibongkar ini. Saya aja masang bata miring dimarahin. Ini orang dengan sadar tanpa pengaruh alkohol ngebangun rumah miring. Ini anak proyek mana yang bikin? Bikin malu komunitas.
Saya Didi. Terima kasih. (Diadaptasi dari: https://www.youtube.com/watch?v=AbFyllBTANs)