Jumat, 09 Desember 2022

MATERI TEKS PUISI

  

Pengertian Teks Puisi

Puisi adalah teks atau karangan yang mengungkapkan pikiran dan perasaan penyairnya dengan mengutamakan keindahan kata-kata. Dalam puisi, kita dapat mengungkapkan berbagai hal, seperti kerinduan, kegelisahan, atau pengagungan yang kamu ungkapkan dalam bahasa indah.


Struktur Fisik Teks Puisi

1. Majas dan Irama
Majas (figurative language) adalah bahasa kias yang dipergunakan untuk menciptakan kesan tertentu bagi penyimak atau pembacanya. Untuk menimbulkan kesan-kesan tersebut, bahasa yang dipergunakan berupa perbandingan, pertentangan, perulangan, dan perumpamaan. Majas yang biasanya digunakan adalah majas personifikasi, majas paralelisme, majas metafora, majas hiperbola, dan majas perumpamaan.
Irama (musikalitas) adalah alunan bunyi yang teratur dan berulang-ulang. Irama berfungsi untuk memberi jiwa pada kata-kata dalam sebuah puisi yang pada akhirnya dapat membangkitkan emosi tertentu seperti sedih, kecewa, marah, rindu, dan bahagia.

2. Penggunaan Kata-Kata Konotasi
Kata konotasi adalah kata yang bermakna tidak sebenarnya. Kata itu telah mengalami penambahan-penambahan, baik itu berdasarkan pengalaman, kesan, maupun imajinasi, dan perasaan penyair. Puisi memang banyak menggunakan kata-kata bermakna konotatif. Hal itu merupakan kiasan atau merupakan suatu perbandingan.

3. Kata-Kata Berlambang
Lambang atau simbol adalah sesuatu seperti gambar, tanda, ataupun kata yang menyatakan maksud tertentu. Misalnya, rantai dan padi kapas dalam gambar Garuda Pancasila, tunas kelapa sebagai lambang Pramuka. Lambang-lambang itu menyatakan arti tertentu yang bisa dipahami umum. Untuk kata-kata dalam puisi, seperti kata putih yang melambangkan kesucian atau kebersihan, bunga yang melambangkan kecantikan, api yang melambangkan kemarahan, dan baja yang melambangkan kekuatan atau ketangguhan.

4. Pengimajinasian dalam Puisi
Pengimajinasian adalah kata atau susunan kata yang dapat menimbulkan khayalan atau imajinasi. Dengan daya imajinasi tersebut, pembaca seolah-olah merasa, mendengar, atau melihat sesuatu yang diungkapkan penyair. Kata-kata yang digunakan penyair membuat pembaca seolah-olah mendengar suara (imajinasi auditif), melihat benda-benda (imajinasi visual), atau meraba dan menyentuh benda-benda (imajinasi taktil).

Struktur Batin Teks Puisi

1. Tema. Tema adalah gagasan pokok yang ingin diungkapkan oleh penyair. Tema biasanya tersirat dalam keseluruhan isi puisi. Tema yang diungkapkan merupakan penggambaran suasana batin atau juga berupa respons penyair terhadap kenyataan sosial budaya.


2. Nada dan Suasana. Nada mengungkapkan sikap penyair terhadap pembaca, sedangkan suasana adalah keadaan jiwa pembaca setelah membaca puisi akibat psikologis yang ditimbulkan puisi terhadap pembaca. Nada dan suasana puisi saling berkaitan karena nada puisi menimbulkan suasana terhadap pembacanya.


3. Perasaan dalam Puisi. Puisi mengungkapkan perasaan dari penyair. Jika penyair hendak mengungkapkan keindahan alam, maka sebagai sarana ekspresi ia akan menggunakan imaji-imaji, majas serta diksi yang mewakili makna tentang keindahan alam.


4. Amanat. Amanat merupakan suatu pesan yang ingin disampaikan penyair dalam puisinya. Pesan tersebut dihadirkan dalam ungkapan yang tersembunyi. Amanat akan selaras dengan tema dari puisi tersebut.


Contoh Teks Puisi

Hujan di Bulan Juni

Karya Sapardi Djoko Damono

 

Tak ada yang lebih tabah

Dari hujan bulan Juni

Dirahasiakannya rintik rindunya

Kepada pohon berbunga itu

 

Tak ada yang lebih bijak

Dari hujan bulan Juni

Dihapuskannya jejak-jejak kakinya

Yang ragu-ragu di jalan itu

 

Tak ada yang lebih arif

Dari hujan bulan Juni

Dibiarkannya yang tak terucapkan

Diserap akar pohon bunga itu

(sumber: Antologi Hujan Bulan Juni, 1994)


Cintaku Jauh di Pulau

Karya Chairil Anwar

 

Cintaku jauh di pulau

Gadis manis, sekarang iseng sendiri

 

Perahu melancar, bulan memancar

di leher kukalungkan ole-ole buat si pacar

angin membantu, laut terang, tapi terasa

aku tidak ‘kan sampai padanya

 

Di air yang tenang, di angin mendayu

di perasaan penghabisan segala melaju

Ajal bertakhta, sambil berkata:

“Tujukan perahu ke pangkuanku saja.”

 

Amboi! Jalan sudah bertahun kutempuh!

Perahu yang bersama ‘kan merapuh

Mengapa Ajal memanggil dulu

Sebelum sempat berpeluk dengan cintaku?

Manisku jauh di pulau,

kalau ‘ku mati, dia mati iseng sendiri.

 

(Sumber: Antologi Deru Campur Debu, 1993)


MATERI TEKS BIOGRAFI

 

Pengertian Teks Biografi

Teks biografi adalah suatu tulisan yang mengulas mengenai kehidupan seseorang atau cerita hidup seseorang selama ia masih hidup. Teks biografi hanya mengulas mengenai kenyataan-kenyataan yang terjadi dalam kehidupan seseorang dan peran pentingnya kepada lingkungan.


Struktur Teks Biografi

1.   Orientasi

Orientasi merupakan pengenalan tokoh atau gambaran awal mengenai identitas tokoh atau sosok biografi. Orientasi umumnya berisi nama, tempat dan tanggal lahir, latar  belakang  keluarga, serta riwayat pendidikan.

2.   Masalah   atau   Peristiwa/Kejadian   Penting  

Masalah   atau   peristiwa/kejadian   penting   berupa   paparan suatu cerita yang berisi berbagai kejadian/peristiwa saat tokoh mengalami masalah, memecahkan masalah, proses karier, peristiwa menyenangkan, menegangkan, menyedihkan, atau mengesankan hingga akhirnya mengantarkannya mencapai mimpi, cita-cita, dan kesuksesan.

3.   Reorientasi

Reorientasi merupakan bagian penutup atau simpulan. Bagian ini berisi pandangan, ulasan, atau pemikiran penulis  secara  pribadi atas biografi tokoh yang dikisahkan. Reorientasi ini bersifat pilihan semata, jadi boleh ada maupun tidak ada.


Kaidah Kebahasaan Teks Biografi

1.  Kata Ganti (Pronomina)

Kata ganti dipakai untuk mengacu pada kata benda (nomina) lain. Kata ini sering digunakan untuk menggantikan nomina yang sudah diketahui agar tidak disebutkan berulang-ulang. Kata ganti biasanya terletak pada subjek atau objek. Terdapat berbagai jenis kata ganti, tetapi dalam teks biografi yang sering digunakan adalah kata ganti orang (pronomina persona). Adapun kata ganti orang terdiri atas beberapa jenis, yaitu

No.

Jenis

Tunggal

Jamak

1.

Kata ganti orang pertama

saya, aku

kami, kita

2.

Kata ganti orang kedua

kamu, anda, engkau

kalian

3.

Kata ganti orang ketiga

dia, ia, beliau

mereka

Berikut ini penggunaan kata ganti orang dalam teks biografi. Kata ganti orang ketiga tunggal ia dan beliau digunakan untuk menggantikan sosok R.A. Kartini.

Lahir dari keluarga berpengaruh membuat R.A. Kartini memperoleh pendidikan yang baik. Ia disekolahkan di ELS (Europese Lagere School). Di sinilah beliau mempelajari bahasa Belanda dan menuntut ilmu sampai usianya 12 tahun.

 

2.  Kata Kerja Material

Kata yang menunjukkan aktivitas yang sedang dilakukan subjek atau menunjukkan adanya tindakan fisik atau mental. Sebagai contoh, kata membentuk dan bekerja terdapat dalam kalimat berikut merupakan kata kerja material.

·         Ki Hadjar Dewantara membentuk Komite Bumipoetra.

·         Ia bekerja sebagai wartawan di beberapa surat kabar.

 

3.   Kata Sifat (Adjektiva)

Kata sifat umumnya berupa kata yang menjelaskan atau membuat kata benda atau kata ganti orang lebih spesifik. Kata sifat dapat menerangkan kuantitas, kecukupan, urutan, kualitas, maupun penekanan suatu kata. Contoh penggunaan kata sifat tampak pada kata yang ditulis miring dalam kalimat berikut.

·         Ki Hadjar Dewantara dikenal sebagai penulis andal.

·         Tulisan-tulisannya sangat komunikatif, tajam, dan patriotik.

 

4.  Kata Kerja Pasif

Kata kerja pasif berupa kata kerja yang subjeknya dikenai suatu pekerjaan. Umumnya kata kerja yang memiliki imbuhan -di atau -ter. Contoh penggunaan kata kerja pasif tampak pada kata dibesarkan dan dipercaya pada contoh kalimat berikut.

·         Ia dibesarkan di lingkungan keluarga keraton Yogyakarta.

·         Ki Hadjar Dewantara dipercaya Presiden Soekarno untuk menjadi Menteri.

 

5. Kata Kerja Aktivitas Mental

Kata kerja aktivitas mental ini merupakan jenis kata kerja yang mengutarakan suatu respons atau reaksi individu terhadap sebuah sikap, kondisi, atau pengalaman tertentu. Contoh penggunaan kata kerja pasif tampak pada kata mencurahkan dan menghendaki pada contoh kalimat berikut.

·         Ki Hadjar Dewantara semakin mencurahkan perhatian pada bidang pendidikan. Mereka menghendaki dibuang ke Negeri Belanda.


6. Kata-kata Penanda Urutan Waktu

Kata-kata penanda urutan waktu ini terdiri atas kata hubung (konjungsi), kata depan (preposisi), dan kata benda (nomina) yang berkenaan dengan urutan waktu (kronologis). Contoh penggunaannya tampak pada beberapa kalimat berikut.

·         Pada masanya, Ki Hadjar Dewantara dikenal sebagai penulis andal.

·         Akhirnya, mereka diizinkan ke Negeri Belanda sejak Agustus 1913.

·         Kegiatan menulisnya ini terus berlangsung hingga zaman Pendudukan Jepang.

·         Setelah kemerdekaan Indonesia berhasil direbut dari tangan penjajah.


Contoh Teks Biografi

Biografi Ki Hadjar Dewantara: Bapak Pendidikan Indonesia


Nama Ki Hadjar Dewantara bukanlah nama pemberian orang tuanya sejak lahir. Nama aslinya ialah Raden Mas Soewardi Soerjaningrat yang lahir di Yogyakarta, tanggal 2 Mei 1889. Ia dibesarkan di lingkungan keluarga keraton Yogyakarta. Saat berusia 40 tahun menurut hitungan Tahun Caka, barulah berganti nama menjadi Ki Hadjar Dewantara. Semenjak itu, Ki Hadjar Dewantara tidak lagi menggunakan gelar kebangsawanan di depan namanya. Hal ini dimaksudkan agar dapat bebas dekat dengan rakyat, baik secara fisik maupun hatinya. Ki Hadjar Dewantara menamatkan Sekolah Dasar di ELS (Sekolah Dasar Belanda) dan melanjutkan sekolahnya ke STOVIA (Sekolah Dokter Bumiputera). Lantaran sakit, sekolahnya tersebut tidak dapat ia selesaikan.

Pada masanya, Ki Hadjar Dewantara dikenal sebagai penulis andal. Kemampuan menulisnya terasah ketika ia bekerja sebagai wartawan di beberapa surat kabar, antara lain Sedyotomo, Midden Java, De Express, Oetoesan Hindia, Kaoem Moeda, Tjahaja Timoer, dan Poesara. Tulisan-tulisannya sangat komunikatif, tajam, dan patriotik sehingga mampu membangkitkan semangat antikolonial bagi pembacanya. Selain bekerja sebagai seorang wartawan muda, Ki Hadjar Dewantara juga aktif dalam berbagai organisasi sosial dan politik. Pada tahun 1908, Ki Hadjar Dewantara aktif di seksi propaganda Boedi Oetomo untuk menyosialisasikan dan menggugah kesadaran masyarakat Indonesia mengenai pentingnya persatuan dan kesatuan dalam berbangsa dan bernegara. Kemudian, bersama Douwes Dekker (Dr. Danudirdja Setyabudhi) dan dr. Tjipto Mangoenkoesoemo nantinya akan dikenal sebagai Tiga Serangkai.

Pada tanggal 25 Desember 1912, mereka mendirikan Indische Partij (partai politik pertama yang beraliran nasionalisme Indonesia) yang bertujuan mencapai Indonesia merdeka. Selain itu, pada bulan November 1913, Ki Hadjar Dewantara membentuk Komite Bumipoetra yang bertujuan untuk melancarkan kritik terhadap Pemerintah Belanda. Salah satunya adalah dengan me- nerbitkan tulisan berjudul “Als Ik Eens Nederlander Was” (Seandainya Aku Seorang Belanda) dan “Een voor Allen maar Ook Allen voor Een” (Satu untuk Semua, tetapi Semua untuk Satu Juga). Kedua tulisan tersebut menjadi tulisan terkenal hingga saat ini. Tulisan “Seandainya Aku Seorang Belanda” dimuat dalam surat kabar de Expres milik dr. Douwes Dekker.

Akibat aktivitas dan tulisannya itu, pemerintah kolonial Belanda melalui Gubernur Jenderal Idenburg menjatuhkan hukuman pengasingan terhadap Ki Hadjar Dewantara. Douwes Dekker dan Cipto Mangoenkoesoemo, rekan seperjuangannya, menerbitkan tulisan yang bernada membela Ki Hadjar Dewantara. Mengetahui hal ini, Belanda pun memutuskan untuk menjatuhi hukuman pengasingan bagi keduanya. Douwes Dekker dibuang di Kupang sedangkan Cipto Mangoenkoesoemo dibuang ke Pulau Banda. Namun, mereka menghendaki dibuang ke negeri Belanda karena di sana mereka dapat mempelajari banyak hal daripada di daerah terpencil. Akhirnya, mereka diizinkan ke negeri Belanda sejak Agustus 1913 sebagai bagian dari pelaksanaan hukuman. Kesempatan itu dipergunakan untuk mendalami masalah pendidikan dan pengajaran sehingga Ki Hadjar Dewantara berhasil memperoleh Europeesche Akte. Pada tahun 1918, Ki Hadjar Dewantara kembali ke tanah air.

Di tanah air, Ki Hadjar Dewantara semakin mencurahkan perhatiannya di bidang   pendidikan   sebagai bagian dari alat perjuangan meraih kemerdekaan. Bersama rekan-rekan seperjuangannya, dia pun mendiri- kan sebuah perguruan yang bercorak nasional yang diberi nama Nationaal Onderwijs Instituut Taman Siswa (Perguruan Nasional Taman Siswa) pada 3 Juli 1922. Taman Siswa ialah suatu lembaga pendidikan yang memberikan kesempatan bagi para pribumi jelata untuk dapat mem- peroleh hak pendidikan, seperti halnya para priyayi maupun orang- orang Belanda. Perguruan ini sangat menekankan pendidikan rasa kebangsaan kepada peserta didik agar mereka mencintai bangsa dan tanah air serta berjuang untuk memperoleh kemerdekaan.

Selama aktif di Taman Siswa, Ki Hadjar Dewantara juga tetap rajin menulis. Tema tulisannya beralih dari nuansa politik ke pendidikan dan kebudayaan berwawasan kebangsaan. Melalui tulisan-tulisan itulah dia berhasil meletakkan dasar-dasar pendidikan nasional bagi bangsa Indonesia. Kegiatan menulisnya ini terus berlangsung hingga zaman Pendudukan Jepang. Saat Pemerintah Jepang membentuk Pusat Tenaga Rakyat (Putera) dalam tahun 1943, Ki Hadjar ditunjuk untuk menjadi salah seorang pimpinan bersama Ir. Soekarno, Drs. Mohammad Hatta, dan K.H. Mas Mansur.

Setelah kemerdekaan Indonesia berhasil direbut dari tangan penjajah dan stabilitas pemerintahan sudah terbentuk, Ki Hadjar Dewantara kemudian dipercaya oleh Presiden Soekarno untuk menjadi Menteri Pendidikan, Pengajaran dan Kebudayaan yang pertama. Melalui jabatannya ini, Ki Hadjar Dewantara semakin leluasa untuk meningkatkan kualitas pendidikan di Indonesia. Pada tahun 1957, Ki Hadjar Dewantara mendapatkan gelar Doktor Honoris Causa dari Universitas Gajah Mada. Dua tahun setelah mendapat gelar Doctor Honoris Causa itu, tepatnya pada tanggal 28 April 1959, Ki Hadjar Dewantara meninggal dunia di Yogyakarta dan dimakamkan di sana.

Untuk mengenang jasa-jasa dan melestarikan nilai-nilai semangat perjuangan Ki Hadjar Dewantara, pihak penerus perguruan Taman Siswa mendirikan Museum Dewantara Kirti Griya, Yogyakarta. Museum ini memamerkan benda-benda atau karya-karya Ki Hadjar Dewantara sebagai pendiri Taman Siswa dan kiprahnya dalam kehidupan berbangsa. Koleksi museum yang berupa karya tulis atau konsep dan risalah-risalah penting serta data surat-menyurat semasa hidup Ki Hadjar sebagai jurnalis, pendidik, budayawan, dan sebagai seorang seniman telah direkam dalam mikrofilm dan dilaminasi atas bantuan Badan Arsip Nasional.

Kini, nama Ki Hadjar Dewantara diabadikan sebagai seorang tokoh dan pahlawan pendidikan (Bapak Pendidikan Nasional). Ajarannya, yakni tut wuri handayani (di belakang memberi dorongan), ing madya mangun karsa (di tengah menciptakan peluang untuk berprakarsa), dan ing ngarsa sung tulada (di depan memberi teladan) akan selalu menjadi dasar pendidikan di Indonesia. Selain itu, tanggal dan bulan kelahirannya, 2 Mei, dijadikan hari Pendidikan Nasional.  Bahkan, pada tanggal 28 November 1959 Ki Hadjar Dewantara juga ditetapkan sebagai Pahlawan Pergerakan Nasional melalui Surat Keputusan Presiden RI No. 305 tahun 1959.

(Sumber: https://m.merdeka.com/ki-hadjar-dewantoro/profil/ dengan pengubahan)

MATERI TEKS NEGOSIASI

Pengertian Teks Negosiasi

Teks negosiasi adalah suatu bentuk interaksi sosial berupa tawar-menawar yang berfungsi untuk mencapai penyelesaian bersama di antara pihak-pihak yang mempunyai perbedaan kepentingan.


Struktur Teks Negosiasi

1. Orientasi: Orientasi merupakan struktur yang berada di awal kalimat. Sebagai pembuka, bisa berupa salam atau sapaan untuk memulai proses negosiasi. Di bagian orientasi juga terkadang berisi pengenalan masalah atau hal yang ingin disepakati.


2. Pengajuan: Pengajuan merupakan hal yang akan dirundingkan atau dibutuhkan. Misalnya ibu ingin membeli laptop.


3. Penawaran: Penawaran terjadi ketika dibutuhkan proses perundingan atau tawar menawar. Ini merupakan bagian inti dari negosiasi. Misalnya, ibu tidak setuju dengan harga laptop yang ditawarkan oleh penjual. Maka, ibu meminta supaya harga diturunkan atau ada bonus lainnya.   


4. Persetujuan: Setelah melewati proses tawar menawar, maka diperoleh kesepakatan antara kedua belah pihak. Persetujuan ini merupakan jalan tengah yang diambil dan tetap menguntungkan kedua belah pihak.



Faktor Keberhasilan Negosiasi


💦Bersedia kompromi menerima keinginan pihak lain.

💦Semua pihak tidak dirugikan.

💦Alasan disampaikan secara logis, jelas, tepat, dan sesuai dengan fakta.

💦Hasil kesepakatan dapat dilakukan secara langsung.

💦Pengajuan disampaikan dengan sopan, santun, dan baik.

💦Kedua pihak tidak saling memaksakan kehendak atau keinginan.

💦Mementingkan kepentingan bersama.


Kaidah Kebahasaan Teks Negosiasi

1.   Pronomina/Kata Ganti

Pronomina adalah kata ganti orang. Hal ini sering digunakan dalam teks negosiasi berbentuk dialog. Berikut contohnya.

Penjual:“Selamat pagi. Mau cari pakaian jenis apa, Bu?”

Pembeli:“Saya mencari pakaian seragam untuk anak sekolah. Apakah ada?”

 

2.   Kalimat Langsung

Dalam teks berbentuk dialog, hampir seluruh teks negosiasi berbentuk kalimat langsung. Kalimat langsung ialah kalimat yang langsung disampaikan penutur melalui dialog. Umumnya ditandai dengan tanda kutip. Contohnya sebagai berikut.

Pembeli:“Permisi, di sini jual tas juga?”

Penjual:“Iya, silakan bisa dipilih-pilih dulu.”

Pembeli:“Untuk tas ransel yang ini berapa ya?”

 

3.  Kalimat Deklaratif dan Interogatif

Kalimat pernyataan yang menyatakan suatu informasi atau berita dikenal dengan kalimat deklaratif. Adapun kalimat interogatif merupakan kalimat yang menanyakan sesuatu. Contoh kalimat deklaratif dan interogatif dalam teks negosiasi adalah sebagai berikut.

Pembeli:“Pak, saya mau mencari sayur bayam ada?”

Penjual:“Tentu ada Bu, silakan. Bayamnya baru datang dari Bandung, Bu.”

 

4.  Kalimat Persuasif

Kalimat persuasif merupakan kalimat yang bertujuan membujuk, menarik perhatian, atau memengaruhi. Berikut contoh dalam teks negosiasi.

Pembeli:“Harga mangga ini kok mahal sekali, Bang?”

Penjual:“Ini mangga kualitas terbaik, Bu. Harganya jadi sedikit mahal. Mangga ini baunya harum, rasanya sangat manis, dagingnya tebal dan lembut. Saya jamin Ibu tidak akan kecewa jika membelinya.”

 

5.  Tuturan Pasangan

Tuturan pasangan merupakan bentuk tanya jawab antara pembicara dan lawan bicara. Dalam hal ini, tuturan pasangan merupakan bentuk respons atau tanggapan dari tuturan yang disampaikan pembicara. Adapun tuturan pasangan yang sering ditemui dalam teks negosiasi adalah sebagai berikut.

a. mengucapkan salam - membalas salam;

b. bertanya - menjawab atau tidak menjawab;

c. meminta tolong - memenuhi atau menolak permintaan tolong;

d. meminta - memenuhi atau menolak permintaan;

e. menawarkan - menerima atau menolak tawaran; dan

f. mengusulkan - menerima atau menolak usulan.


Contoh Teks Negosiasi

Jual Beli Laptop

Orientasi

Penjual : “Selamat datang, silakan duduk.”

Pembeli : “Terima kasih.”

Penjual : “Ada yang bisa saya bantu, Mas?

Pengajuan

Pembeli : “Saya ingin beli handphone.”

Penjual : “Ingin handphone merek apa, Mas?” Pembeli : “Yang bagus itu merek apa, Pak ?”

Penjual : “Kalau masalah bagus-tidaknya itu relatif, Mas. Semua merek ada kelebihan juga ada kekurangannya. Tetapi, sekarang yang paling laris itu merek Samhung, Mas.”

Pembeli : “Saya boleh lihat?”

Penjual : “Ini Mas, silakan dicoba dulu.”

Pembeli : “Spesifikasinya apa saja, Pak ?”

Penjual : “Ada wifi, bluetooth, kamera 8 mp, ram 3 gb, dan masih banyak lagi. Untuk pilihan warna cokelat, putih, merah, sama hitam ini, Mas.”

Penawaran

Pembeli  : “Harganya berapa, Pak?”

Penjual : “Kalau yang ini harganya Rp2.000.000,00.” Pembeli : “Tidak ada diskon, Pak?”

Penjual : “Kebetulan kita lagi ada promo untuk merek Samhung ada spesial diskon 5%. Jadi, harganya tinggal Rp1.900.000,00.”

Pembeli : “Tidak bisa turun lagi, Pak?”

Penjual : “Tidak bisa, Mas.”

Pembeli : “Rp1.700.000,00 gimana, Pak?”

Penjual : “Tambahin lagi, Mas!”

Pembeli : “Saya tambahin Rp50.000,00 gimana?”

Penjual : “Tetap tidak bisa, Mas. Begini saja, saya kasih Rp1.800.000,00, itu sudah turun banyak lho.”

Pembeli  : “Gak bisa ditambahin lagi diskonnya ?”

Penjual : “Gak bisa, Mas. Nanti kalau ditambahin terus bos saya marah, Mas. Ini bukan punya saya kalau punya saya sih, saya bisa kasih Mas lebih murah lagi.”

Persetujuan

Pembeli : “Ya sudah saya setuju Rp1.800.000,00.”

Penjual : “Saya buatkan notanya dulu, Mas.”

Pembeli : “Iya.”

Penjual   : “Ini notanya, Mas. Silakan tanda tangan di sini. Ini juga ada garansinya satu tahun. Jadi, kalau ada masalah dengan handphonenya bawa saja ke sini.”

Pembeli : “Oh iya, ini uangnya.”

Penjual : “Terima kasih.”

Pembeli : “Saya pakai langsung saja, Pak.”

Penjual : “Oh iya, silakan,”

 


Rabu, 14 September 2022

MATERI TEKS HIKAYAT/CERITA RAKYAT

 A. Pengertian Hikayat

Teks hikayat adalah cerita rekaan berbentuk prosa panjang berbahasa Melayu, yang menceritakan tentang kehebatan dan kepahlawanan orang ternama dengan segala kesaktian dan keanehan yang dimiliki sehingga dapat dipetik berbagai nilai positifnya sebagai cerminan hidup kita.

Hikayat merupakan salah satu jenis cerita rakyat.  Oleh karena itu, ada baiknya kita mengetahui apa itu cerita rakyat. Cerita rakyat atau berbagai kisah atau cerita yang dikisahkan secara lisan dan diwariskan secara turun-temurun dalam suatu wilayah atau negara tertentu. Terdapat berbagai jenis cerita rakyat. Namun, semuanya memiliki kemiripan yang menaunginya, yakni anonim yang berarti tidak jelas siapa penulisnya, kemudian selalu disertai tema yang terpengaruh budaya setempat dan latar suatu wilayah tertentu.


B. Karakteristik Teks Hikayat

·        Kemustahilan

artinya dalam hikayat terdapat banyak hal yang tidak logis atau tidak bisa dinalar, meliputi dari segi bahasa maupun cerita, contohnya: bayi lahir disertai pedang dan panah, seorang putri keluar dari gendang, dsb.

·        Kesaktian

artinya tokoh di dalam hikayat memiliki kesaktian yang tidak dapat dilakukan oleh manusia biasa, seperti: mengubah wujud menjadi binatang, mampu melenyapkan bangunan hanya dengan satu jentikkan jari saja, dsb.

·        Anonim

artinya tidak diketahui secara jelas siapa penulis atau penceritanya karena hikayat diceritakan secara lisan dan turun-temurun.

·         Istana Sentris

artinya hikayat selalu bertema dan berlatar suatu kerajaan.  Isi yang dikandung hikayat umumnya menyingkap kehidupan tokoh besar seperti raja dan keluarganya, pahlawan, atau seseorang yang sakti dan berpengaruh terhadap masyarakat luas.

·       Bahasa Melayu

           artinya dari segi bahasa, hikayat memiliki kekhasan khusus, yakni menggunakan bahasa Melayu klasik yang ditandai dengan penggunaan banyak kata penghubung dan kata-kata arkais.


C. Struktur Teks Hikayat

·          Orientasi

Orientasi merupakan pengenalan latar, tokoh, dan kisah baik dari segi waktu, tempat maupun peristiwa. Orientasi juga biasanya menata berbagai adegan dan menjelaskan hubungan antartokoh.

·         Komplikasi

Komplikasi bagian di mana konflik mulai muncul. Konflik adalah pertentangan atau kesukaran-kesukaran yang dialami tokoh utama dalam hikayat. Bagian ini akan berangsur terus bertambah hingga akhirnya memuncak mencapai bagian klimaks.

·         Resolusi

       Resolusi merupakan penyelesaian dari berbagai konflik yang terjadi. Resolusi juga dapat diiringi oleh koda atau kesimpulan dan amanat akhir terhadap kondisi yang dialami oleh tokoh utama.


D. Nilai-Nilai dalam Teks Hikayat

 .    Nilai Religius (Agama)
Nilai religius merupakan nilai yang mengikat manusia dengan Pencipta Alam dan seisinya. Nilai agama berhubungan dengan masalah keagamaan. Nilai religi biasanya ditandai dengan penggunaan kata dan konsep Tuhan, makhluk gaib, dosa dan pahala, serta surga dan neraka.
·       Nilai Moral
Nilai moral merupakan suatu penggambaran tentang nilai-nilai kebenaran, kejujuran, dan ajaran kebaikan tertentu yang bersifat praktis. Nilai moral berhubungan dengan masalah moral. Pada dasarnya nilai moral berkaitan dengan nasihat-nasihat tentang budi pekerti, perilaku, atau tata susila yang dapat diperoleh pembaca dari cerita yang dibacanya.
·      Nilai Sosial
Nilai sosial berkaitan erat antara hubungan individu dan individu lainnya dalam satu kelompok. Nilai sosial berhubungan dengan kehidupan di dalam masyarakat yang berupa nasihat-nasihat. Nilai ini dikaitkan dengan kepatuhan dan kepantasan apabila diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.
·      Nilai Pendidikan (Edukasi )
Nilai pendidikan merupakan nilai yang berkaitan dengan semangat dan kemauan seseorang untuk terus belajar secara sadar. Nilai pendidikan berhubungan dengan proses perubahan sikap dan tata laku seseorang atau kelompok orang untuk mendewasakan manusia melalui pengajaran dan latihan.
·      Nilai Budaya
Nilai budaya merupakan nilai yang diambil dari budaya yang berkembang secara turun temurun di masyarakat setempat. Nilai ini umumnya berhubungan dengan budaya Melayu.
·       Nilai Estetika (Keindahan)
Cerita yang disajikan dalam hikayat memuat keindahan, baik dari latar atau suasana maupun kisah para tokohnya.


E. Contoh Teks Hikayat

Contoh-contoh hikayat yang terkenal adalah Hang Tuah, Si miskin, Abu Nawas, Pak Tani, Amir, Kakek dan Seekor Ular, dan dan Si Bungkuk dan Si Panjang.

1. Contoh Hikayat Hang Tuah

Hang Tuah

Pada suatu ketika ada seorang pemuda yang bernama Hang Tuah, anak Hang Mahmud. Mereka bertempat tinggal di Sungai Duyung. Pada saat itu, semua orang di Sungai Duyung mendengar kabar tentang Raja Bintan yang baik dan sopan kepada semua rakyatnya.

Ketika Hang Mahmud mendengar kabar itu, Hang Mahmud berkata kepada istrinya yang bernama Dang Merdu, ”Ayo kita pergi ke Bintan, negeri yang besar itu, apalagi kita ini orang yang miskin. Lebih baik kita pergi ke Bintan agar lebih mudah mencari pekerjaan.”  Lalu pada malam harinya, Hang Mahmud bermimpi bulan turun dari langit.

Cahayanya penuh di atas kepala Hang Tuah. Hang Mahmud pun terbangun dan mengangkat anaknya serta menciumnya. Seluruh tubuh Hang Tuah berbau seperti wangi-wangian. Siang harinya, Hang Mahmud pun menceritakan mimpinya kepada istri dan anaknya. Setelah mendengar kata suaminya, Dang Merdu pun langsung memandikan dan melulurkan anaknya.

Setelah itu, ia memberikan anaknya itu kain, baju, dan ikat kepala serba putih. Lalu Dang Merdu memberi makan Hang Tuah nasi kunyit dan telur ayam, ibunya juga memanggil para pemuka agama untuk mendoakan selamatan untuk Hang Tuah. Setelah selesai dipeluknyalah anaknya itu. Lalu kata Hang Mahmud kepada istrinya, ”Adapun anak kita ini kita jaga baik-baik, jangan diberi main jauh-jauh.”

Keesokan harinya, seperti biasa Hang Tuah membelah kayu untuk persediaan. Lalu ada pemberontak yang datang ke tengah pasar, banyak orang yang mati dan luka-luka. Orang-orang pemilik toko meninggalkan tokonya dan melarikan diri ke kampong. Gemparlah negeri Bintan itu dan terjadi kekacauan di mana-mana. Ada seorang yang sedang melarikan diri berkata kepada Hang Tuah, ”Hai, Hang Tuah, hendak matikah kau tidak mau masuk ke kampung?"

Maka kata Hang Tuah sambil membelah kayu, ”Negeri ini memiliki prajurit dan pegawai yang akan membunuh, ia pun akan mati olehnya.” Waktu ia sedang berbicara, ibunya melihat bahwa pemberontak itu menuju Hang Tuah sambil menghunuskan kerisnya. Maka ibunya berteriak dari atas toko, katanya, ”Hai, anakku, cepat lari ke atas toko!"

Hang Tuah mendengarkan kata ibunya, ia pun langsung bangkit berdiri dan memegang kapaknya menunggu amarah pemberontak itu. Pemberontak itu datang ke hadapan Hang Tuah lalu menikamnya bertubi-tubi. Maka Hang Tuah pun melompat dan mengelak dari tikaman orang itu. Hang Tuah lalu mengayunkan kapaknya ke kepala orang itu, lalu terbelah kepala orang itu dan mati.

Maka kata seorang anak yang menyaksikannya, "Dia akan menjadi perwira besar di tanah Melayu ini." Terdengarlah berita itu oleh keempat kawannya, Hang Jebat, Hang Kasturi, Hang Lekir, dan Hang Lekiu. Mereka pun langsung berlari-lari mendapatkan Hang Tuah. Hang Jebat dan Hang Kesturi bertanya kepadanya, ”Apakah benar engkau membunuh pemberontak dengan kapak?”

Hang Tuah pun tersenyum dan menjawab, "Pemberontak itu tidak pantas dibunuh dengan keris, melainkan dengan kapak untuk kayu.”

Kemudian karena kejadian itu, baginda raja sangat mensyukuri adanya sang Hang Tuah. Jika ia tidak datang ke istana, pasti ia akan dipanggil oleh Sang Raja. Maka Tumenggung pun berdiskusi dengan pegawai-pegawai lain yang juga iri hati kepada Hang Tuah. Setelah diskusi itu, datanglah mereka ke hadapan Sang Raja.

Maka saat sang Baginda sedang duduk di tahtanya bersama para bawahannya, Tumenggung dan segala pegawai-pegawainya datang berlutut, lalu menyembah Sang Raja, “Hormat tuanku, saya mohon ampun dan berkat, ada banyak berita tentang pengkhianatan yang sampai kepada saya. Berita-berita itu sudah lama saya dengar dari para pegawai-pegawai saya.”

Setelah Sang Baginda mendengar hal itu, maka Raja pun terkejut lalu bertanya, "Hai kalian semua, apa saja yang telah kalian ketahui?"

Maka seluruh menteri-menteri itu menjawab, "Hormat tuanku, pegawai saya yang hina tidak berani datang, tetapi dia yang berkuasa itulah yang melakukan hal ini."

Maka Baginda bertitah, "Hai Tumenggung, katakan saja, kita akan membalasnya."

Maka Tumenggung menjawab, “Hormat tuanku, saya mohon ampun dan berkat, untuk datang saja hamba takut karena yang melakukan hal itu, tuan sangat menyukainya. Baiklah kalau tuan percaya pada perkataan saya karena jika tidak, alangkah buruknya nama baik hamba, seolah-olah menjelek-jelekkan orang itu.”

Setelah Baginda mendengar kata-kata Tumenggung yang sedemikian itu, maka Baginda bertitah, “Siapakah orang itu, Sang Hang Tuah kah?” Maka Tumenggung menjawab, “Siapa lagi yang berani melakukannya selain Hang Tuah itu. Saat pegawai-pegawai hamba memberitahukan hal ini pada hamba, hamba sendiri juga tidak percaya, lalu hamba melihat Hang Tuah sedang berbicara dengan seorang perempuan di istana tuan ini. Perempuan tersebut bernama Dang Setia. Hamba takut ia melakukan sesuatu pada perempuan itu, maka hamba dengan dikawal datang untuk mengawasi mereka.”

Setelah Baginda mendengar hal itu, murkalah ia, sampai mukanya berwarna merah padam. Lalu ia bertitah kepada para pegawai yang berhati jahat itu, “Pergilah, singkirkanlah Si Durhaka itu!” Maka Hang Tuah pun tidak pernah terdengar lagi di dalam negeri itu, tetapi si Tuah tidak mati karena si Tuah itu perwira besar, apalagi dia menjadi wali Allah.

Kabarnya sekarang ini Hang Tuah berada di puncak dulu Sungai Perak, di sana ia duduk menjadi raja segala Batak dan orang hutan. Sekarang pun Raja ingin bertemu dengan seseorang, lalu ditanyainya orang itu dan ia berkata, “Tidakkah Tuan ingin mempunyai istri?” Lalu jawabnya, “Saya tidak ingin mempunyai istri lagi.”

 

2. Contoh Hikayat Abu Nawas dan Lalat

Abu Nawas dan Lalat

Suatu hari Baginda Raja membongkar rumah dan tanah Abu Nawas begitu saja untuk menemukan emas dan permata. Namun, ternyata emas dan permata yang katanya berada di dalam tanah milik Abu Nawas hanyalah rumor. Setelah tidak menemukan emas dan permata, Baginda Raja bukannya meminta maaf dan mengganti kerugian, tetapi malah pergi begitu saja.

Abu Nawas pun marah dan ingin balas dendam. Saat sedang makan bersama istrinya, dia menemukan seekor lalat di meja makan dan dia pun tertawa karena menemukan ide untuk balas dendam. Kepada Baginda Raja, Abu Nawas mengaku hendak melaporkan perlakuan tamu tidak diundang.

“Siapakah tamu tidak diundang itu?” tanya Baginda.

“Lalat-lalat ini, Tuanku,” kata Abu Nawas yang membawa lalat di atas piring yang tertutup tudung saji.

Abu Nawas pun meminta izin untuk mengusir lalat-lalat itu. Baginda Raja yang sedang berkumpul bersama para menteri pun langsung memerintahkan Abu Nawas mengusir lalat itu. Bermodalkan tongkat besi, Abu Nawas pun mengejar dan memukuli lalat itu hingga vas bunga, patung hias, dan perabotan istana hancur karenanya. Akhirnya Baginda Raja menyadari kekeliruannya. Abu Nawas yang puas memberikan pelajaran pada Baginda Raja pun meminta izin pulang.


3. Contoh Hikayat Tiga Pengembara Lapar

Tiga Pengembara Lapar

Dikisahkan, tiga orang pengembara, yaitu Buyung, Kendi, dan Awang, sedang dalam pengembaraan. Ketika tiba di sebuah hutan, perut mereka sangat kelaparan, tetapi perbekalan mereka sudah habis.

Dalam keadaan lapar, Kendi dan Buyung pun sesumbar, bahwa mereka bisa menghabiskan nasi sekawah dan 10 ekor ayam seorang diri dalam keadaan seperti ini. Namun, tidak seperti teman-temannya, Awang hanya mengharapkan sepiring nasi dan lauk yang cukup untuk mengisi perutnya. 

Tidak disangka-sangka, mereka menemukan sebuah pohon ara ajaib yang mendengarkan permintaan mereka. Kemudian, pohon itu menggugurkan tiga daun yang setiap lembarnya berubah menjadi makanan yang mereka inginkan.

Setelah mendapat makanan secukupnya, Awang pun berhenti makan, tetapi dua sahabatnya itu masih melanjutkan makan. Kendi dan Buyung akhirnya berhenti karena merasa kekenyangan karena tidak sanggup menghabiskan makanan yang mereka minta. Akhirnya nasi yang tidak termakan itu marah lalu menggigit tubuh Kendi.

Kemudian, Buyung yang hanya dapat menghabiskan satu ekor ayam saja, membuang sisa sembilan ekor ayam ke semak-semak. Tanpa diduga, ayam-ayam itu kemudian menyerangnya. Awang hanya bisa terdiam melihat sahabat-sahabatnya tewas mengenaskan.

 

4. Contoh Hikayat Bunga Kemuning

Bunga Kemuning

Alkisah seorang raja yang bijaksana memiliki 10 orang putri yang sangat cantik. Sayangnya, sang istri meninggal saat melahirkan putri bungsunya, Putri Kuning. Suatu hari, Sang Raja hendak pergi keluar kota untuk beberapa saat dan menanyakan oleh-oleh apa yang diinginkan saat sang raja pulang.

Sembilan putrinya meminta hadiah mewah, seperti perhiasan, kain sutra, dan lain-lain. Namun, Putri Kuning hanya meminta sang ayah agar pulang dalam keadaan sehat. Saat sang ayah pergi, kesembilan putrinya hanya bersenang-senang dan meminta pelayan melayaninya secara seenaknya.

Akibat perbuatan sembilan kakaknya, taman kesayangan Sang Raja menjadi kotor. 

Putri Kuning yang berinisiatif membersihkan taman pun diledek oleh kakak-kakaknya dan menyebutnya sebagai “pelayan baru”. Akhirnya, saat Sang Raja pulang, dia memberikan hadiah berupa kalung berwarna hijau yang sangat cantik. Putri Hijau yang merasa iri, akhirnya menghasut saudara-saudaranya untuk mencuri kalung itu.

Namun, saat merebut kalung itu, mereka tidak sengaja memukul kepala Putri Kuning hingga meninggal dunia. Untuk menutupi perbuatannya tersebut, kesembilan putri mengubur Putri Kuning di taman. Raja yang terus mencari Putri Kuning akhirnya menemukan keanehan di taman. Di taman itu tumbuh sebuah bunga berwarna kuning dan memunculkan aroma harum. Akhirnya Raja merawat bunga itu dan menamainya dengan nama Bunga Kemuning.

 

5. Contoh Hikayat Amir

Amir

Dahulu kala di Sumatera, hiduplah seorang saudagar bernama Syah Alam. Syah Alam mempunyai seorang anak bernama Amir. Amir tidak bisa mengatur uangnya dengan baik. Setiap hari dia membelanjakan uang yang diberi ayahnya. Karena sayangnya pada Amir, Syah Alam tidak pernah memarahinya. Syah Alam hanya bisa mengelus dada.

Lama-kelamaan Syah Alam jatuh sakit. Makin hari sakitnya makin parah. Banyak uang yang dikeluarkan untuk pengobatan, tetapi tidak kunjung sembuh. Akhirnya mereka jatuh miskin.

Penyakit Syah Alam makin parah. Sebelum meninggal, Syah Alam berkata, "Amir, Ayah tidak bisa memberikan apa-apa lagi padamu. Engkau harus bisa membangun usaha lagi seperti Ayah dulu. Jangan kau gunakan waktumu sia-sia. Bekerjalah yang giat, pergi dari rumah. Usahakan engkau terlihat oleh bulan, jangan terlihat oleh matahari."

"Ya, Ayah. Aku akan turuti nasehatmu."

Sesaat setelah Syah Amir meninggal, ibu Amir juga sakit parah dan akhirnya meninggal. Sejak itu Amir bertekad untuk mencari pekerjaan. Ia teringat nasihat ayahnya agar tidak terlihat matahari, tetapi terlihat bulan. Oleh sebab itu, ke mana-mana ia selalu memakai payung. 

Pada suatu hari, Amir bertemu Nasrudin, seorang menteri yang pandai. Nasarudin sangat heran dengan pemuda yang selalu memakai payung itu. Nasarudin bertanya kenapa dia berbuat demikian.

Amir bercerita alasannya berbuat demikian. Nazarudin tertawa. Nasarudin berujar, "Begini ya, Amir. Bukan begitu maksud pesan ayahmu dulu. Akan tetapi, pergilah sebelum matahari terbit dan pulanglah sebelum malam. Jadi, tidak mengapa engkau terkena sinar matahari."

Setelah memberi nasihat, Nasarudin pun memberi pinjaman uang kepada Amir. Amir disuruhnya berdagang sebagaimana dilakukan ayahnya dulu.

Amir lalu berjualan makanan dan minuman. Ia berjualan siang dan malam. Pada siang hari, Amir menjajakan makanan, seperti nasi kapau, lemang, dan es limau. Malam harinya ia berjualan martabak, sekoteng, dan nasi goreng. Lama-kelamaan usaha Amir makin maju. Sejak itu, Amir menjadi saudagar kaya.


6. Contoh Hikayat Sri Rama Mencari Sita Dewi

Sri Rama Mencari Sita Dewi

Sita Dewi yang merupakan istri dari Sri Rama menghilang tidak tahu di mana dan kemana. Dan sebagai seorang suami, ia pun pasti merasa kebingungan. Kemudian Sri Rama memutuskan untuk berjalan dan berjalan untuk mencari istrinya dengan dibantu seorang pengawal. Dan kemudian keduanya pun mencari Sita sampai ke dalam hutan.

Di dalam hutan, mereka bertemu seekor burung jantan yang sangat sombong dan memiliki empat istri. Ia pun berbicara dapat menjaga keempat istrinya, dan sedangkan Sri Rama yang menjaga satu orang istri saja tak mampu. Sri Rama merasa tersinggung ketika mendengar hal tersebut, kemudian ia berdoa ke Dewata agar burung itu tak dapat melihat istrinya. Tak lama kemudian, seekor burung itu menjadi buta.

Kemudian, Sri Rama dan juga pengawalnya berkelana lagi dan kemudian bertemu dengan hewan, yaitu seekor bangau yang tengah minum tepat di tepi danau. Sri Rama pun kemudian bertanya ke bangau tersebut apakah ia melihat istrinya.

Dan bangau itu pun kemudian menjawab bahwasanya ia melihat bayang dari seorang wanita dibawa terbang oleh Maharaja Rahwana. Dan Sri Rama pun merasa senang akhirnya ia bisa mendapatkan suatu petunjuk sampai ia mengabulkan permintaan seekor bangau itu, yaitu dapat memanjangkan lehernya agar mudah saat minum.

Di tengah perjalanannya, Rama pun merasa haus. Dan ia melepaskan suatu anak panah yang dapat memandu pengawalnya untuk menemukan mata air. Pengawal itu membawakannya air yang setelah diminum ternyata tak enak dan airnya berbau busuk. Dan kemudian mereka menyusuri sepanjang aliran mata air tersebut dan bertemu seekor burung yang besar dan sedang sekarat, burung tersebut bernama Jentayu.

Rama kemudian bertanya kepadanya apa yang sudah terjadi. Jentayu menceritakan mengenai pertarungannya bersama Rawana, selanjutnya ia memberikan sebuah cincin milik Sita Dewi yang dilempar kepadanya sebelum jatuh ke bumi. Dikarenakan keadaannya yang sangat lemah, jentayu memberikan pesan kepada Rama untuk dapat membesarkan mayatnya di tempat yang tak dihuni oleh manusia. Dan tak lama kemudian, burung itu pun mati.

Rama pun menyuruh pengawalnya untuk mencari suatu tempat yang tak dihuni oleh manusia. Tetapi sayangnya, ia tak menemukan tempatnya. Akhirnya, ia pun memutuskan untuk membakar burung tersebut di tempat itu dan kemudian nyalalah api yang begitu besar. Karena kesaktiannya tersebut, Rama tak terluka sedikitpun. Setelah api tersebut padam, Rama dan juga pengawalnya kembali untuk melanjutkan mencari istrinya.

 

7. Contoh Hikayat Antu Ayek

Antu Ayek

Suatu hari, sang ayah terpaksa menikahkan Gadis Juani dengan Bujang Juandan karena terjerat utang dengan keluarga Bujang Juandan.Bujang Juandan memang pemuda dari keluarga kaya, tetapi yang membuat Gadis Juani sedih adalah rupa Bujang Juandan yang tidak tampan. Selain itu, Bujang Juandan pun menderita penyakit kulit di sekujur tubuhnya, sehingga dia juga dikenal sebagai Bujang Kurap. Akhirnya di malam pernikahan, Gadis Juani tidak kuasa membendung kesedihan ketika arak-arakan rombongan Bujang Juandan tiba. Di tengah kekalutan pikiran, sambil berurai air mata, dia keluar lewat pintu belakang rumah dan berlari menuju sungai. Dia mengakhiri hidupnya di sungai itu dan menjadi arwah penunggu sungai yang dikenal sebagai Antu Ayek.

 

8. Contoh Hikayat Bayan yang Budiman

Bayan yang Budiman

Alkisah di kerajaan Azzam, hiduplah seorang saudagar yang kaya raya dan telah berkeluarga yang bernama Khojan Mubarok. Keluarga itu belum lengkap karena belum mempunyai seorang anak. Walaupun begitu saudagar itu tak putus asa dan juga tak lelah memanjatkan doa agar ia segera mendapatkan anak.

Penantiannya yang panjang itu pun berakhir, karena istrinya sudah mengandung dan juga melahirkan seorang bayi berjenis kelamin laki-laki dan memiliki nama Khojan Maimun. Anak itu pun tumbuh menjadi seorang anak yang baik dan juga soleh. Di usianya yang sudah 15 tahun, anak itu kemudian dinikahkan dengan seseorang yang bernama Bibi Zainab, ia merupakan anak dari seorang saudagar yang kaya.

Dan pada suatu saat, Maimun meminta izin ke istrinya dengan tujuan berlayar. Dan sebelum berlayar, ia membelikan seekor burung Bayan yang berjenis kelamin jantan dan juga burung tiung yang berjenis kelamin betina. Dan ia pun berpesan ke istrinya apabila ia menghadapi suatu masalah sebaiknya ia membicarakannya kepada kedua burung tersebut.

Dan beberapa hari kemudian ketika ia sudah ditinggal suaminya, Bibi Zainab pun merasakan kesepian. Sampai pada suatu hari datang seorang anak dari raja yang jatuh hati kepada kecantikannya dan anak tersebut pun mendekatinya. Lelaki itu kemudian meminta seorang perempuan tua untuk membantunya berkenalan dengan Bibi Zainab. Dan ternyata Bibi Zainab pun juga tertarik kepada lelaki tersebut dan mereka pun saling jatuh cinta.

Di suatu malam Bibi zainab pun pergi dengan anak tersebut dan ia berpamitan kepada burung tiung. Burung itu kemudian menasehatinya agar tak pergi dikarenakan hal itu melanggar aturan dan Ia juga sudah mempunyai seorang suami. Setelah mendengarkan itu, Bibi zainab pun marah dan kemudian membantingkan sangkar dari burung tersebut sehingga membuat burung tersebut mati.

Dan Bibi zainab pun melihat burung bayan yang tengah tertidur. Tetapi nyatanya burung tersebut hanya berpura-pura tidur dikarenakan apabila ia memberikan suatu jawaban yang sama, maka nyawanya juga ikut terancam.

Pada saat zainab berpamitan kepada burung bayan, maka burung tersebut mengatakan, “Kamu boleh pergi, dan bergegaslah karena anak tersebut sudah menunggumu lama. Apa yang telah kamu lakukan, aku yang akan menanggung semuanya. Apa yang dicari manusia yang ada di dunia ini selain dari kesabaran, martabat dan juga kekayaan? Aku hanya seekor burung bayan yang sudah dicabut bulunya oleh istri pemilikku.”

Dan malam berikutnya Bibi zainab pun sering pergi untuk bertemu dengan pemuda tersebut. Di setiap kali ia berpamitan burung tersebut menceritakan suatu kisah. Dan kemudian Bibi Zainab merasa menyesal atas perbuatannya dan tak akan mengulangi perbuatannya itu lagi.

 

9. Contoh Hikayat Seorang Lelaki dan Rumah Sempit

Seorang Lelaki dan Rumah Sempit

Alkisah terdapat seorang lelaki yang datang ke rumah Abu Nawas. Pria tersebut ingin mengeluh kepadanya tentang masalah yang tengah dihadapinya. Ia pun merasakan sedih dikarenakan rumahnya sangat terasa sempit ketika ditinggali oleh banyak orang.

“Wahai Abu Nawas, Saya mempunyai seorang istri dan juga 8 orang anak tetapi rumah saya sangat sempit. Setiap harinya mereka mengeluh dan juga tidak nyaman tinggal di rumah itu. Kami pun ingin pindah dari rumah tersebut, tetapi kami tidak memiliki uang. Jadi tolonglah katakan kepadaku apa yang bisa aku lakukan,” tanyanya.

Mendengar pertanyaan lelaki yang sangat sedih tersebut, Abu Nawas pun berpikir sejenak. Dan tak berapa lama kemudian suatu ide lewat di kepalanya.

“Kamu memiliki domba di rumahmu?” Abu Nawas bertanya kepada lelaki tersebut. “Aku tidak menaiki domba maka dari itu aku tak mempunyainya," jawab lelaki tersebut. Kemudian ketika mendengar jawabannya itu, Abu Nawas pun meminta lelaki itu untuk membeli seekor domba dan menyuruhnya agar menaruhnya di rumah.

Lelaki tersebut kemudian mengikuti usulan dari Abu Nawas dan ia pun pergi untuk membeli domba. Esok harinya, ia pun datang lagi ke rumah Abu Nawas. “Abu Nawas, bagaimana ni? Nyatanya rumahku sekarang semakin sempit dan juga berantakan.”

“Ya sudah kalau begitu kamu cobalah membeli 2 ekor domba lagi dan kamu dapat memeliharanya di rumahmu juga,” jawab Abu Nawas.

Dan kemudian pria itu pun pergi kepasar dan juga ia membeli 2 ekor domba lagi, tetapi hasilnya tak sesuai dengan harapannya karena rumahnya semakin terasa sempit.

Dengan sangat jengkel nya, Ia pun pergi menghadap Abu Nawas lagi untuk mengadukan masalah itu untuk yang ketiga kalinya. Ia pun menceritakan segala apa yang sudah terjadi, termasuk tentang istrinya yang menjadi marah-marah dikarenakan domba itu. Dan kemudian Abu Nawas menyarankan untuk menjualkan semua domba yang ia miliki.

Esok harinya, Abu Nawas dan lelaki tersebut bertemu lagi. Dan Abu Nawas menanyakannya, “Bagaimana rumahmu sekarang? sudah merasa lega?”

“Dan setelah aku menjual domba tersebut rumahku menjadi nyaman ketika di tinggali. Istriku pun sudah tak lagi marah-marah,” jawab lelaki tersebut seraya tersenyum. Dan pada akhirnya Abu Nawas bisa menyelesaikan masalah lelaki tersebut.

 

10. Contoh Hikayat Abu Nawas dan Dua Orang Ibu

Abu Nawas dan Dua Orang Ibu

Abu Nawas diminta Raja Harun untuk memecahkan persoalan tentang perebutan seorang bayi oleh dua orang yang mengaku ibu kandung dari bayi tersebut. Persoalan ini sempat ditangani oleh hakim pengadilan, tetapi para hakim tidak mendapatkan solusi hingga meminta Raja Harun untuk menyelesaikan masalahnya.

Abu Nawas terkenal sebagai seorang yang cerdik hingga diberi kepercayaan untuk menangani masalah ini. Saat sidang diselenggarakan, Abu Nawas meletakkan bayi di atas sebuah meja dan meminta Algojo untuk membelah bayi tersebut.

"Sebelum saya mengambil tindakan apakah salah seorang di antara kalian bersedia menyerahkan bayi itu kepada ibu kandungnya?" tanya Abu Nawas sebelumnya.

Ibu pertama tidak bersedia menyerahkan bayi tersebut karena merasa dia yang berhak atas bayi tersebut.

"Tolonglah, jangan belah bayi itu. Berikanlah bayi itu kepada perempuan yang mengaku sebagai ibu kandungya. Aku rela asalkan bayi itu, tetap bisa hidup," jawab ibu yang kedua. 

Mendengar jawaban dari masing-masing ibu, Abu Nawas sudah mengetahui secara pasti siapa yang memang ibu kandung dari bayi tersebut. Abu Nawas menyerahkan bayi kepada ibu yang kedua karena tidak ada seorang ibu yang rela anak kandungnya terluka. Ia juga meminta kepada hakim untuk menghukum ibu yang pertama karena telah berbohong.


11. Contoh Hikayat Si Miskin

Hikayat Si Miskin

Ini  hikayat  ceritera orang dahulu kala sekali peristiwa Allah Swt menunjukkan kekayaan-Nya kepada hamba-Nya. Maka adalah seorang miskin laki bini berjalan mencari rizkinya berkeliling Negara antahberantah. Adapun nama raja di dalam negara itu Maharaja Indera Dewa. Namanya terlalu  amat  besar kerajaan baginda itu.  Beberapa raja-raja di tanah Dewa itu takluk kepada baginda dan mengantar upeti kepada baginda pada setiap tahun.

Hatta, maka pada suatu hari baginda sedang ramai dihadapi oleh segala raja-raja, menteri, hulubalang, rakyat sekalian di penghadapannya. Maka si Miskin itupun sampailah ke penghadapan itu. Setelah dilihat oleh orang banyak, si Miskin laki bini dengan rupa kainnya seperti dimamah anjing rupanya. Maka orang banyak itupun ramailah ia tertawa seraya mengambil kayu dan batu. Maka dilemparilah akan si miskin itu kena tubuhnya habis bengkak-bengkak dan berdarah. Maka segala tubuhnya pun berlumur dengan darah. Maka orang pun gemparlah. Maka titah baginda, “Apakah yang gempar di luar itu?”. Sembah segala raja-raja itu “Ya tuanku Syah Alam, orang melempar si Miskin tuanku”. Maka titah baginda, “Suruh usir jauh-jauh!”. Maka diusir oranglah akan si Miskin hingga sampailah ke tepi hutan. Maka orang banyak itupun kembalilah. Maka haripun malamlah. Maka bagindapun berangkatlah masuk ke dalam istanannya itu. Maka segala raja-raja dan menteri, hulubalang rakyat sekalian itupun masing-masing pulang ke rumahnya.

Adapun akan si Miskin itu apabila malam iapun tidurlah di dalam hutan itu. Setelah siang hari maka iapun pergi berjalan masuk ke dalam negeri mencari riskinya. Maka apabila sampailah dekat kepada kampung orang. Apabila orang yang empunya kampung itu melihat akan dia. Maka diusirlah dengan kayu. Maka si Miskin itupun larilah. Ia lalu ke pasar. Maka apabila dilihat oleh orang pasar itu si Miskin datang, maka masing-masing pun  datang ada yang melontari dengan batu, ada yang memalu dengan kayu. Maka si Miskin itupun larilah tunggang langgang, tubuhnya habis berlumur dengan darah. Maka menangislah ia berseru-seru sepanjang jalan itu dengan tersengat lapar dahaganya seperti akan matilah rasanya. Maka ia pun bertemu dengan tempat orang membuangkan sampah-sampah. Maka berhentilah ia di sana. Maka dicaharinyalah di dalam sampah yang tertimbun itu barang yang boleh dimakan. Maka didapatinyalah ketupat yang sudah basi dibuangkan oleh orang pasar itu dengan buku tebu lalu dimakannya ketupat yang sebiji itu laki bini. Setelah sudah dimakannya ketupat itu maka barulah dimakannya buku tebu itu. Maka adalah segar sedikit rasanya tubuhnya karena beberapa lamanya tiada merasai nasi.

Hendak mati rasanya. Ia hendak meminta ke rumah orang takut. Jangankan diberi orang barang sesuatu, hampir kepada rumah orang itu pun tiada boleh. Demikianlah si Miskin itu sehari-hari.

Hatta, maka haripun petanglah. Maka si Miskin pun berjalanlah masuk ke dalam hutan tempatnya sediakala itu. Di sanalah ia tidur. Maka disapunyalah darah-darah yang ditubuhnya tiada boleh keluar karena darah itu sudah kering. Maka si Miskin itupun tidurlah di dalam hutan itu. Setelah pagi-pagi hari maka berkatalah si Miskin kepada isterinya, “Ya  tuanku, matilah rasaku ini. Sangatlah sakit rasanya tubuhku ini. Maka tiadalah berdaya lagi hancurlah rasanya anggotaku ini.” Maka iapun tersedu-sedu menangis. Maka terlalu belas rasa hati isterinya melihat laku suaminya demikian itu. Maka iapun menangis pula seraya mengambil daun kayu lalu dimamahnya. Maka disapukannyalah seluruh tubuh suaminya sambil ia berkata, “Diamlah, tuan jangan menangis.”

Maka selaku ini adapun akan si miskin itu aslinya daripada raja keinderaan. Maka  kena  sumpah  Batara Indera maka jadilah ia demikian itu. Maka adalah suaminya itu pun segarlah sedikit tubuhnya. Setelah itu maka suaminya pun masuk ke dalam hutan mencari  ambat  yang muda yang patut dimakannya. Maka dibawanyalah kepada isterinya. Maka demikianlah laki bini.

Hatta beberapa lamanya maka isteri si Miskin itupun hamillah tiga bulan  lamanya. Maka isterinya  menangis hendak  makan  buah mempelam yang ada di dalam taman raja itu. Maka suaminya itupun terketukkan hatinya tatkala ia di Keinderaan menjadi raja tiada ia mau beranak. Maka sekarang telah mudhorot. Maka baharulah hendak beranak seraya berkata kepada isterinya, “Ayo, hai Adinda. Tuan hendak membunuh kakandalah rupanya ini. Tiadakah tuan tahu akan hal kita yang sudah lalu itu? Jangankan hendak meminta barang suatu, hampir kepada kampung orang tiada boleh.”

Setelah didengar oleh isterinya kata suaminya demikian itu, maka makinlah sangat ia menangis. Maka kata suaminya, “Diamlah tuan, jangan menangis! Berilah kakanda pergi mencaharikan tuan buah mempelam itu, jikalau dapat oleh kakanda akan buah mempelam itu kakanda berikan pada tuan.”

Maka isterinya itu pun diamlah. Maka suaminya itu pun pergilah ke pasar mencahari buah mempelam itu. Setelah sampai di orang berjualan buah mempelam, maka si Miskin itu pun berhentilah di sana. Hendak pun dimintanya takut ia akan dipalu orang. Maka kata orang yang berjualan buah mempelam, “Hai miskin. Apa kehendakmu?”

Maka sahut si Miskin, “Jikalau ada belas dan kasihan serat rahim tuan akan hamba orang miskin hamba ini minta diberikan yang sudah terbuang itu. Hamba hendak memohonkan buah mempelam tuan yang sudah busuk itu barang sebiji sahaja tuan.”

Maka terlalu belas hati sekalian orang pasar itu yang mendengar kata si Miskin. Seperti hancurlah rasa hatinya. Maka ada yang memberi buah mempelam, ada yang memberikan nasi, ada yang memberikan kain baju, ada yang memberikan buah-buahan. Maka si Miskin itupun heranlah akan dirinya oleh sebab diberi orang pasar itu berbagai-bagai jenis pemberian. Adapun akan dahulunya jangankan diberinya barang suatu hampir pun tiada boleh. Habislah dilemparnya dengan kayu dan batu. Setelah sudah ia berpikir dalam hatinya demikian itu, maka ia pun kembalilah ke dalam hutan mendapatkan isterinya.

Maka katanya, “Inilah Tuan, buah mempelam dan segala buah-buahan dan makan-makanan dan kain baju. Itupun diinjakkannyalah isterinya seraya menceriterakan hal ihwalnya tatkala ia di pasar itu. Maka isterinya pun menangis tiada mau makan jikalau bukan buah mempelam yang di dalam taman raja itu. “Biarlah aku mati sekali.”

Maka terlalulah sebal hati suaminya itu melihatkan akan kelakuan isterinya itu seperti orang yang hendak mati. Rupanya tiadalah berdaya lagi. Maka suaminya itu pun pergilah menghadap Maharaja Indera Dewa itu. Maka baginda itupun sedang ramai dihadap oleh segala raja-raja. Maka si Miskin datanglah. Lalu masuk ke dalam sekali. Maka titah baginda, “Hai Miskin, apa kehendakmu?” Maka sahut si Miskin, “Ada juga tuanku.” Lalu sujud kepalanya lalu diletakkannya ketanah, “Ampun Tuanku, beribu-ribu ampun tuanku. Jikalau ada karenanya  Syah  Alam akan patuhlah hamba orang yang hina ini hendaklah memohonkan daun mempelam Syah Alam yang sudah gugur ke bumi itu barangkali Tuanku.

Maka titah baginda, “Hendak engkau buatkan apa daun mempelam itu?”    Maka sembah si Miskin, “Hendak dimakan, Tuanku.” Maka titah baginda, “Ambilkanlah barang setangkai berikan kepada si Miskin ini”.

Maka diambilkan oranglah diberikan kepada si Miskin itu. Maka diambillah oleh si Miskin itu seraya menyembah kepada baginda itu. Lalu keluar ia berjalan kembali. Setelah itu maka baginda pun berangkatlah masuk ke dalam istananya. Maka segala raja-raja dan menteri hulubalang rakyat sekalian itupun masing-masing pulang ke rumahnya.  Maka si Miskin pun sampailah kepada tempatnya. Setelah dilihat oleh isterinya akan suaminya datang itu membawa buah mempelam setangkai. Maka ia tertawa-tawa. Seraya disambutnya lalu dimakannya.

Maka adalah antaranya tiga bulan lamanya. Maka ia pun menangis pula hendak makan nangka yang di dalam taman raja itu juga. Maka si Miskin itu pun pergilah pula memohonkan kepada baginda itu. Maka sujudlah pula ia kepada baginda. Maka titah baginda, “Apa pula kehendakmu hai miskin?”

Maka sahut si Miskin, “Ya Tuanku, ampun beribu-ribu ampun.” Sahut ia sujud kepalanya lalu diletakkannya ke tanah. Sahut ia berkata pula, “Hamba ini orang yang miskin. Hamba minta daun nangka yang gugur ke bumi, barang sehelai. Maka titah baginda, “Hai Miskin, hendak kau buatkan apa daun nangka? Baiklah aku beri buahan barang sebiji.” Maka diberikan kepada si Miskin itu. Maka ia pun sujud seraya bermohon kembali mendapatkan isterinya itu.

Maka ia pun sampailah. Setelah dilihat oleh isterinya itu suaminya datang itu, maka disambutnya buah nangka itu. Lalu dimakan oleh isterinya itu.    Adapun selama isterinya si Miskin hamil maka banyaklah makanmakanan dan kain baju dan beras padi dan segala perkakas-perkakas itu diberi orang kepadanya.

Hatta maka dengan hal yang demikian itu maka genaplah bulannya. Maka pada ketika yang baik dan saat yang sempurna pada malam empat belas hari bulan. Maka bulan itu pun sedang terang. Maka pada ketika itu isteri si Miskin itu pun beranaklah seorang anak laki terlalu amat baik parasnya dan elok rupanya. Maka dinamainya akan anaknya itu Markaromah artinya anak di dalam kesukaran. Maka dipeliharakannyalah anaknya itu. Maka terlalu amat kasih sayangnya akan anak itu. Tiada boleh bercerai barang seketika jua pun dengan anaknya Markaromah itu.

Hatta, maka dengan takdir Allah Swt. menganugarahi kepada hambanya. Maka si Miskin pun menggalilah tanah hendak berbuat tempatnya tiga beranak itu. Maka digalinyalah tanah itu hendak mendirikan tiang teratak itu. Maka tergalilah kepada sebuah telaju yang besar berisi emas terlalu banyak. Maka isterinya pun datanglah melihat akan emas itu. Seraya berkata kepada suaminya, “Adapun akan emas ini sampai kepada anak cucu kita sekalipun tiada habis dibuat belanja.”