Selasa, 12 Juli 2011

LINGUISTIK UMUM (ILMU BAHASA)

RESUME LINGUISTIK UMUM


 Untuk Memenuhi Tugas Matakuliah
Linguistik Umum
yang dibina oleh  Drs. Bustanul Arifin, S.H. M.Hum




Oleh
Binti Mariatul K
100211400459
Offering A










UNIVERSITAS NEGERI MALANG
FAKULTAS SASTRA
JURUSAN SASTRA INDONESIA
Desember 2010
RESUME MATAKULIAH LINGUISTIK UMUM
1.        BAHASA
1.1  Pengertian Bahasa
Bahasa adalah lambang bunyi yang arbiter yaitu dihasilkan oleh alat ucap manusia yang bersifat oral dan noninstingtif.
·         Lambang  yaitu sesuatu yang mewakili sesuatu yang lain
·         Arbiter/anomali/tidak asosiatif atau tidak beraturan, bunyi dan bendanya tidak ada hubungan
·         Plato, bunyi bahasa bersifat asosiatif
·         Transitory (fana)
·         Non instingtif (naluri), bahasa harus dipelajari reference/acuan. Bersifat arbiter, contoh hewan berkaki empat yang bersuara meong berarbiter menjadi nama kucing.
1.2 Perkembangan Bahasa
·         Idiografi
·         Piktografis
·         Silabis
·         Fonemis
1.3 Hakikat Bahasa
Ø  Bahasa itu adalah sebuah sistem yaitu dibentuk oleh sebuah unsur atau komponen yang satu dengan yang lainya saling berhubungan secara fungsional.
Ø  Bahasa adalah lambang yaitu ciri kode sebagai tanda adalah adanya sistem, baik berupa simbol, sinyal, maupun gerak isyarat yang dapat mwakili perasaan, ide, benda, dan tindakan yang disepakati untuk maaksud tertentu.
Ø  Bahasa adalah bunyi yaitu sistem bahasa itu berupa lambang yang wujudnyaberupa bunyi. Bunyi bukan berarti bahasa, karena bunyi bisa datang dari benda selain lat ucap manusia, sedangkan bahasa itu sendiri adalah bunyi yang dihasilkan dengan alat ucap manusia.
Ø  Bahasa itu bermakna yaitu sebagai lambang tentu ada yang dilambangkan, maka yang dilambangkan itu adalah suatu pengertian, suatu konsep, ide, atau suatu pikiran yang disampaikan dalam bentuk bunyi itu dan bunyi tersebut tentu terdapat makna dari suatu pikiran yang disampaikan.
Ø  Bahasa itu arbiter yaitu tida adanya hubungan wajib antara lambang bahasa (berwujud bunyi itu) dengan konsep atau pengertian yang dimaksud oleh lambang tersebut.
Ø  Bahasa itu konvensional yaitu bahwa semua anggota masyarakat bahasa itu mematuhi konvensi bahwa lambang tertentu itu digunakan untuk mewakili konsep yang diwakilinya.
Ø  Bahasa itu produktif yaitu meskiun unsur-unsur bahasa tu terbatas , tetapi dengan unsur-unsur yang jumlahnya terbatas itu dapat dibuat dengan satuan-satuan bahasa yang jumlahnya tidak terbatas, meski dengan relatif, sesai dengan sistem yang berlaku dalam bahasa itu.
Ø  Bahasa itu bersifat unik, artinya setiap bahasa memiliki ciri khas sendiri yang tidak diiliki oleh bahasa lainya, menyangkut bunyi sistem, sistem pembntukan kata, pembentukan kalimat, atau sistem-sistem lainya.
Ø  Bahasa itu  universal yaitu ada ciri-ciri yang sama yang dimiliki oleh setiap bahasa didunia ini.
Ø  Bahasa itu dinamis yaitu karena keterkaitan bahasa dengan manusia, sedang dalam kehidupanya kegiatan manusia itu tidak tetap dan slalu berubah  maka bahasa itu ju ikut berubah, menjadi tidak tetap tidak statis
Ø  Bahasa itu variasi yaitu bahasa itu bermacam-macam menurut dialek, idiolek dn ragamnya. Sesuai dengan derah dan situasi tempat dn kedaanya.
Ø  Bahasa itu manusiawi, maksudnya bahwa bahasa itu hanya milik manusia karena hanya bisa diucpkan dengan alat ucap manusia dn dipahami oleh manusia pula.
1.4 Elemen Bahasa
Elemen bahasa              bentuk bunyi segmental (unsur)            [fon, fonem, suku kata (fonologi). Morfem, kata(morfologi).  Frasa, klausa, kalimat (sintaksis). wacana ]
                                      Bunyi suprasegmental: Intonasi (berita, tanya, seru), kinesis (mimik, gestur, postur), Proxemics/jarak tatap muka (dekat 6 cm, sedang 2-3 m, jauh lebih dari 50 m biasanya non verbal/tidak ada suara).
Makna (semantik), contoh pelacur = PSK, Kelaparan = busung lapar.
1.5 Karakteristik bahasa
1.         Oral
2.         Sistemis, bahasa memiliki kaidah atau pola
3.      Sistematis, ada suatu sistem yang membangun
4.    Beragam,/tidak monolitik
Dilihat dari wilayah (dialek) dan tingkat keformalan,
·         Frozen: beku
·         Standar/resmi: baku, ukuranya bersifat sosiolinguistik
·         Konsultative:  usaha bisnis
·         Casual: santai
·         Intimate: akarab
·         Honomtic: penghormatan. Contoh wafat
5.    Universal dan unik
          ü   Universal terdiri dari V+konsonan, berlagu?intonasi, memiliki satuan lingual.
          ü   Unik: ciri khas yang tidak bisa dimiliki oleh bahasa lain
6.    Berkembang
7.    Produktif dan  kreatif
          ü   Produktif : Dari lima pola kalimat dasar menjadi kalimat tak terbatas.
          ü   Kreatif: Menciptakan bentuk baru dari pola yang ada.
8.    Tidak dibatasi oleh waktu dan tempat
9.    Netral, tidak ada yang baik dan buruk
10.                          Komplit
1.6 Fungsi bahasa
v  Fungsi primer sebagai alat komunikasi
v  Fungsisekunder
1.      Fungsi personal: untuk dihargai, menandai kehadiran kita.
2.      Fungsi interpersonal/fungsi sosial: membuat kohesi sosial.
3.      Fungsi direktif: untuk memerintah (memohon).
4.      Fungsi imajinatif/estetis: membuat puisi.
5.      Fungsi fatis(phatic): sebagai sarana basa-basi,  jika tidak melaksanakan akan mendapat sanksi sosial.
6.      Fungsi referensial: sebagai alat untuk memberi benda diri manusia.
Meminjam bahasa asing yang lebih singkat
1.7 Pilihan dikotomi tentang bahasa
      Dikotomi yaitu, dua kutub yang berlainan, contoh: kaya miskin.
1.Langue vs paraloe, oleh ferdinan de surve Prancis .
·         Langue, sistem bahasa yang mengendap dibenak kita. Langue suatu bahasa tertentu seperti bahasa inggris, bahasa Jerman atau bahasa Jawa.
Sifat: sistem, abstrak, kesan, ada dibenak.
·         Parole, realisasi langue, konkrit, tak terbatas.
Parole adalah bahasa dengan wujudnya yang nyata, konkret yaitu berupa bunyi ujaran.
2. Relasi sintagmatis vs R Paradigmatis
·         RS, hubungan antar unsur bahasa yang hadir, membangun struktur yang ada, membangun makna.  Hubungan satuan-satuan kebahasaan secara mendatar (struktur). Contoh: ali makan nasi ( S P O ).
·         RP, dihubungkan dengan yang diasosiakan , inabsentia, sistem. Hubungan satuan-satuan kebahasaan secara menegak (sistem).
3.Kompetensi VS Performasi
·         Kompetensi bisa diibaratkan seperti langue
·         Suatu saat kaidah bisa berubah sesuai dengan parol-parol.
4.Struktur lahir (deep structure) VS Struktur batin (surfase truc)
·         Semantical enconding           
·         Gramatical enconding
·         Phonological enconding
·         Phonological decoding
·         Gramatical decoding
·         Semantical decoding
Deep dan surface ini digunakan untuk menjelaskan kalimat ambigu.
Feedback (verbal dan non verbal). Semantical: menata bahasa, memahami bahasa, pesan.
1.8 Teori Asal Mula Bahasa
1.      Teori tekanan sosial, kebutuhan masyarakat untuk bersosial berkomunikasi. Contoh: kalu seseorang itu lahir ditengah pulau tanpa penghuni tidak mungkin bisa berbahasa.
2.      Teori ekoik (gema), manusia berbahasa karena mengikuti gema alam. Menurut teori ini kata yang paling awal adalah kata seru.
3.      Teori interjeksi. Atas dasar insting muncul bunyi bahasa.
4.      Teori isyarat,
5.      Teori tuhan , islam (Al-baqarah:33, Arrum:22), nasrani (kitab kejadian(genesis) pasal 2:19), hindu (dewi saraswati/istri dewa brahma).

2.      LINGUISTIK SEBAGAI ILMU
2.1 Ciri Linguistik Sebagai Ilmu
Ilmu adalah pengetahuan yang diperoleh dari ilmiah, berfikir secara sistematis dan metodelogis.
ü  Deduktif , dikemukakan Aristoteles 500 SM tentang silogisme (premis mayor, premis minor, kesimpulan).
Kelemahan teori ini terletak pada premis mayor karena tidak bisa dibuktikan kebenranya. Kalaun premis mayornya tidak ada tapi premis minornya ada maka tidak dapat diambil kesimpulan.
ü  Induktif (teori ditemukan setelah fakta muncul) oleh Franci Bacon.
Kelemahanya jika semua data dikumpulkan maka sulit membuat kesimpulan, indra kita terbatas.
ü  Teori Darwin (logika-hipotico-verifikatif)
Darwin membaca buku Mathus, “makhluk hidup mati dan berkembang karena seleksi alam” evolusi 1836-1837.
2.2 Ciri-Ciri Ilmu Linguistik
1.      Obyektif
2.      Empiris(berbasis data, bisa dilihat, tidak gaib)
3.      Akumulatif
4.      Sistematis
2.3 Ciri Umum Linguistik
1.      Sajian bahasa itu deskriptif bukan preskriptif. Jika kita mengkaji bahasa itu diaji apa adanya, menggambarkan. Tapi kalau dalam kelas gunakan preskriptif untuk membenarkan bahasa yang salah.
2.      Ilmu bahasa mengkaji bahasa secara analisis. Bahasa tersebut tidak menganalisis bahasa dengan bahasa yang lain.
3.      Bahasa dianggap sebagai sesuatu yang dinamis.
2.4 Bidang Kajian Linguistik
Bidang teoretis:
1.      Teori linguistik: fonologi, morfologi, sintaksis, semantik, wacana
2.      Linguistik deskriptif
3.      Linguistik historis komparatif
Bidang interdisipliner
1.      Fonetik
2.      Stilistika
3.      Filsafat bahasa
4.      Psikolinguistik
5.      Sosiolinguistik
6.      Etnolinguistik
7.      Filologi
8.      Semiotika
9.      Pengajaran bahasa
10.  Penerjemahan
11.  Fonetik terapan
12.  Sosiolinguistik terapan
13.  Pembinaan bahasa internasional
14.  Linguistik medis
15.  Mekanolinguistik


3.FONOLOGI
3.1 Pengertian Fonologi
      Harimurti Kridalaksana (Kamus Linguistik)/KBI
Bidang linguistik yang menyelidiki bunyi-bunyi bahasa menurut fungsinya.
      Wikipedia
Ilmu tentang perbendaharaan fonem sebuah bahasa dan distribusinya.
3.1 Bidang Kajian Fonologi
         Fonetik
         Artikulatoris
         Akustik
         Auditoris
         Fonemik
3.2 Kedudukan Fonologi
         Fonologi dalam Morfologi
         Konsentrasi analisis internal kata
         Afiksasi,  misal me-N + ...
         Fonologi dalam Sintaksis
         Konsentrasi analisis tataran kalimat
         Kamu di sini. (berita, perintah, tanya)
         Fonologi dalam Semantik
         [tahu], [tau]  à membedakan makna
         Duduk à [dudU?], dUdU? à tidak membedakan makna
         Fonologi dalam Leksikografi
         Penyusunan kamus
         Cara pengucapan à transkripsi fonetis
3.4 Manfaat Fonologi
         Ejaan à peraturan penggambaran/pelafalan bunyi ujar suatu bahasa
         Bunyi ujar:
         Segmental: vokal, konsonan, diftong, kluster
         Suprasegmental: intonasi, jeda, tekanan,  nada, ekspresi, kinesik
         Segmental
         melambangkan bunyi ujar ke bentuk tulisan/huruf
         Menuliskan bunyi ujar dalam bentuk kata, frase, klausa, kalimat, pemennggalan kata, nama orang
         Suprasegmental à tanda baca/pungtuasi à intonasi, jeda, tekanan, nada
3.5 Fonetik
     3.5.1 Pengertian Fonetik
         Ilmu yang menyelidiki penghasilan, penyampaian, dan penerimaan bunyi bahasa
         Ilmu intersdisipliner linguistik dengan fisika, anatomi, dan psikologi
         Sistem bunyi suatu bahasa
         Fonetik artikulatoris à alat-alat ucap menghasilkan bunyi bahasa à penting ahli bahasa, peneliti bahasa, pengajar bahasa à pengucapan, pencatatan
         Fonetik akustik àbunyi bahasa bahasa sebagai gelombang bunyi à matematika, fisika à frekuensi, intensitas, waktu dari bunyi bahasa tertentu
         Fonetik auditoris à bunyi bahasa yang diterima pendengar à ahli syaraf à indera pendengaran
         Sistem fonem suatu bahasa
         Prosedur untuk menentukan fonem suatu bahasa
         Penyelidikan mengenai sistem fonem suatu bahasa
         Fonem: satuan bunyi terkecil yang mampu menunjukkan kontras makna
         Fonemis: berbeda dipandang dari sudut fonologi suatu bahasa tentang bunyi-bunyi yang berbeda karena mampu menyatakan kontras makna
         Definisi
         bunyi-bunyi yang merupakan realisasi suatu fonem (Kentjono, 1990:32)
         varian fonem berdasarkan posisi (Kridalaksana, 2008:10)
         varian fonem berdasarkan posisi di dalam kata (KBI)
         Contoh:
         Fonem /i/ mempunyai alofon [i] (dalam cita), [I] (dalam tarik), [î] (dalam ingkar), dan [i:] (dalam kali)
         Definisi: 1 urutan fonem yg dimungkinkan dl suatu bahasa; 2 deskripsi tt urutan fonem (KBI)
         Tiap bahasa memiliki ciri khas fonotaktik à rangkaian fonem untuk membentuk satuan fonologi s yang lebih besar
         Bahasa Indonesia memiliki pola suku kata
         V, VK, KVK
         KKV, KKVK, KVKK, KKVKK, KKKV, KKKVK
         Bahasa Indonesia tidak memiliki suku kata berkahir /c/ dan /j/, Bahasa Inggris punya
         Bahasa Inggris tidak memiliki /h/ à nyata
         Bahasa Jawa à mbr-, mbl-, mby-, ndr-
         Bahasa Inggris à str-, skr-, spr-, spl-

4.                  MORFOLOGI
4.1 Definisi Morfologi
Berasal dari morphologie (Yunani), yaitu
morphe à bentuk
logos à ilmu
Morfologi adalah cabang linguistik yang mengidentifikasi satuan-satuan dasar bahasa sebagai satuan gramatikal.
Contoh:
berhak = ber- + hak
undo = un- +do
berhak dan undo à polimorfemis
ber- dan un- à monomorfemis           
     4.2 Definisi Morfem                        
    1. suatu bentuk bahasa yang tidak mengandung bagian-bagian yang mirip dengan bentuk lain, baik bunyi maupun maknanya. (Bloomfield, 1974)
    2. unsur-unsur terkecil yang memiliki makna dalam tutur suatu bahasa
    3. unsur terkecil dari pembentukan kata dan disesuaikan dengan aturan suatu bahasa.
Jadi, morfem adalah satuan gramatik yang terkecil yang mempunyai makna, baik makna leksikal maupun makna gramatikal.
Contoh:
memperbesar = mem- perbesar
                                     per-besar
                                            be-sar > tidak bermakna
mem-, per-, dan besar > morfem
Analisis:
besar          > 1 morfem bebas
mem-, per- > 2 morfem terikat
   4.3 Klasifikasi Morfem
  1. Morfem Bebas dan Morfem Terikat
Morfem bebas àpotensial berdiri sendiri, contoh:  rumah, bagus, pulang, makan
Morfem terikat à selalu terikat dengan bentuk lain, contoh:
semua afiks à prefiks, infiks, sufiks, konfiks
  1. Catatan morfem terikat à selalu terikat dengan bentuk lain, contoh:
juang, henti, gaul, baur à prakategorial (Verhaar, ‘78)
baca, tulis, tendang àprakategorial, muncul dalam kalimat imperatif
renta (tua renta), kerontang (kering kerantang), bugar (segar bugar)
ke-, dari, pada, dan kalau, atau à morfem bebas dari ecara morfologi, morfem terikat secara sintaksis
  1. Morfem Utuh dan Morfem Terbagi à kesatuan yang utuh atau dua bagian yang terpisah/terbagi karena disisipi morfem lain
Morfem utuh à morfem dasar bebas, contoh:
meja, kursi, laut à morfem bebas
ter-, ber- à morfem terikat
Morfem terbagi à morfem yang terdiri atas dua bagian terpisah, contoh:
kesatuan à morfem utuh {satu}, morfem terbagi {ke-/-an}
konfiks dan infiks à morfem terbagi
  1. Morfem Segmental dan Morfem Suprasegmental
Morfem Segmental à dibentuk fonem-fonem segmental, contoh morfem {lihat}, {sikat}, {lah}, {ber} à semua morfem berwujud bunyi adaah morfem segmental
Morfem Suprasegmental àdibentuk unsur suprasegmental: tekanan, nada, durasi, dan sebagainya, contoh  Bahasa Ngbaka di Kongo Utara
  1. Morfem Beralomorf Zero
Kakek membeli ganja.                        
Nenek menulis surat  cinta
Kakek membaca majalah Playboy.
Jordan makan pecel.
Kakek minum susu.
  1. Morfem Bermakna Leksikal dan Morfem Tidak Bermakna Leksikal
Morfem yang bermakna leksikal à satuan dasar bagi terbentuknya kata à merupakan leksem (bahan dasar yang setelah mengalami pengolahan gramatikal menjadi kata ke dalam subsistem gramatika)
            Contoh: morfem {sekolah}. berarti ‘tempat belajar’.
Morfem yang tak bermakna leksikal berupa morfem imbuhan,
            Contoh : {ber-}, {ter-}, dan {se-}
      Morfem-morfem ini bermakna jika berada dalam pemakaian. Contoh: {bersepatu} berarti ‘memakai sepatu’.
  1. Morfem Monofonemis dan Polifonemis
Morfem Monofonemis
            > morfem yang terdiri dari satu fonem.
            Contoh: morfem {-i} pada kata datangi  (Indonesia)
                              morfem{a} pada kata asystematic (Inggris)
Morfem Polifonemis
            > morfem yang terdiri dari dua, tiga, dan empat fonem.
            Contoh: morfem {un-} berarti ‘tidak’ (Inggris)
                              morfem {se-} berarti ‘satu, sama’ (Indonesia)
  1. Morfem Aditif, Replasif, dan Substraktif
Morfem Aditif:  morfem yang ditambah atau ditambahkan.
            Contoh: mengaji, berbaju (Indonesia), childhood, houses (Inggris)
Morfem Replasif: morfem yang bersifat penggantian
            Contoh: terdapat morfem penggantian yang menandai jamak.
                              {fut} à {fi:t}.morfem {un-} berarti ‘tidak’ (Inggris)
Morfem Substraktif : morfem yang alomorfnya terbentuk dari hasil pengurangan terhadap unsur (fonem) yang terdapat morf yang lain.
            Biasanya terdapat dalam bahasa Perancis.
    4.4 Definisi Kata
satuan terkecil dari kalimat yang dapat berdiri sendiri dan mempunyai makna. Kata-kata yang terbentuk dari gabungan huruf  atau morfem baru kita akui sebagai kata bila bentuk itu sudah mempunyai makna. (Lahmudin Finoza).
morfem atau kombinasi morfem yang oleh bahasawan dianggap sebagai satuan terkecil yang dapat diujarkan sebagai bentuk yang bebas. (Kridalaksana).
Jadi, kata adalah satuan terkecil sebagai bentuk bebas dan bermakna.
    4.5 Pembentukan Kata
Untuk dapat digunakan di dalam kalimat, tiap bentuk dasar dibentuk menjadi sebuah kata gramatikal melalui
  1. proses afiksasi -->prefiks, infiks, sufiks, konfiks
  2. proses reduplikasi àdwilingga (meja-meja), dwilingga salin suara (bolak-balik), dwipurwa (lelaki), dwiwasana (cengengesan à cenges ‘tertawa’), trilingga (dag-dig-dug)
  3. proses komposisi à hasil penggabungan morfem dasar à lalu lintas, daya juang, rumah sakit
    1. inflektif: bahasa Latih à amo (aku mencintai), amabam (aku [dulu sedang] mencintai, amabo (aku akan mencintai), amavi (aku [telah] mencintai), amaveram (aku s[ebelumnya sudah] mencintai, amavero (aku akan [berada dalam keadaan] mencintai
    2. derivatif àmembentuk kata baru à sing, singer | slow, slowly | air, mengairi | pakaian, berpakaian
  4. Kajian tentang peristiwa perubahan fonem akibat pertemuan morfem dengan morfem yang menghasilkan kata, dan kata dengan kata yang  menghasilkan frasa.
  5. Morfofonemik:
    1.  morfofonemik kata à  perubahan fonem akibat pertemuan morfem  yang mewujudkan kata. Contoh : me-N + KTPS
    2. morfofonemik frasa à  perubahan fonem akibat satu    kata yang diikuti kata lain yang mewujudkan frasa. Contoh :
      1. putito               = telur
      2. mohutodu                    =busuk
      3. putitaa mohutodu        =telur busuk

5.SINTAKSIS
  5.1 Definisi
Sintaksis termasuk dalam mikrolingistik, artinya membahas bahasa saja, tidak dikaitkan dengan ilmu lain. Sintaksis merupakan bagian dari linguistik yang menata seluk-beluk kalimat. Sintaksis membahas kata dalam hubunganya dengan kata lain, atau unsur-unsur lain sebagai satu suatu ujaran.
Alat sintaksis = aturan kata dibuat kalimat
Contoh: kucing           - kucing besar makan tikus kecil
                        tikus
besar
kecil
makan
  5.2 Alat sintaksis
a.       Urutan kata             berterima/bermakna
Catatan: Bahasa Indonesia termasuk bahasa agluminatif arinya bahasa yang tidak mengenal kata kerja akibat tenses. Contoh: saya akan makan.
Agluminatif >< infleksi
Infleksi: bahasa yang mengalami perubahan kata kerja karena tenses.
b.      Bentuk kata
 Contoh: Dino mencim Rinso
Dino dicium Rinso
c.       Intonasi: Beda nada beda makna
Parole tidak sesuai langue kita. Contoh: makan. Makan! Makan?
d.      Kata tugas
Kata yang tidak memiliki makna kamus.bisa hidup jika ada pada struktur gramatikal.
Contoh: di, ke, dari, dari/daripada, yang untuk, kepada, dan, atau,                tidak berkembang.
5.3 Objek sintaksis/Satuan Sintaksis
Objek Sintaksis: Frasa , klausa, dan kalimat.

5.3.1 Frase
Frasa yaitu, gambaran dua kata atau lebih yang tidak memngun hubungan predikatif dan tidak melebihi batas funsi.
Contoh: rumah sakit                  kata majemuk terdiri dari satu kata dua morfem
            Surat kabar                  membentuk makna baru
            Kereta api                   

Rumah batu                             frasa= dua kata dua morfem atau lebih
Rumah batu baru                     tidak membangun hubungan predikatif
Matahari (s) terbit (p)              hubungan predikatif
Jika tidak ada predikat msih timbul tanda tanya,
Rumah Batu                tidak ada hubungan predikatif.
Tidak melebihi batas fungsi, berkedudukan sebagai S saja, P saja, O saja atau P saja.
Contoh: Rumah batu itu ambruk                    S
            Ali sedang mandi                                P
            Ayah menyembelih kambing putih     O
 Jenis Frase
Dari aspek/segi distribusi/penyebaran frasa.
1.      Endosentris=pusatnya didalam
Frasa yang distribusinya sama dengan salah satu unsur atau semua unsur yang membangun frasa itu.
Contoh:
Rumah mwah itu ambruk
Rumah ... itu ambruk
Ayah dan ibu pergi ke Surabaya
Ayah ... pergi ke surabaya
... .... ibu pergi ke Surabaya
2.      Ekosentris=tidak ada pusatnya
Contoh: saya lahir di Kediri
Saya lahir di ke ....
Saya lahir ... kediri
Surabaya
Sura
Baya
            Jenis frase
Preposional
Konjungtif
Aposisional
Contoh: Ogah, anak  pak lurah itu kawin.
5.3.2 Klausa
Klausa adalah dua kata/lebih yang membangun hubungan predikatif dan berpotensi menjadi kalimat jika diberi intonasi yang sempurna.
Klausa belum berupa kalimat . ditulis denganhuruf kecil tanpa tanda baca. Klausa hanya sistem yang masih diangan-angan, tidak nyata bewujud dan tidak bisa diujarkan, namun klausa perlu dipelajari untuk menghadapi kalimat majemuk/kalimat kompleks. Terdapat beberapa gagasan yang muncul.
Contoh: Adik dan kakak belajar
Adik belajar
Kakak belajar
Klausa itu intinya pada predikat (s) P (O) (Ket) (Pel)
Contoh: Diam!             Kalimat berklausa diam sebenarnya ada S. Hal ini terjadi pada bahasa lisan.
Jenis-Jenis Klausa
Dilihat dari sisi predikatnya:
·                                            Klausa verbal,  P = verba
Klausa yang predikatnya verba/kata kerja
·                                                           Klausa non verbal, klausa yang predikatnya tidak verba
P-nya   nomina             contoh: saya dosen
             Adjektiva                    dia tampan
             Numeralia                    tujuh ekor
Contoh :
Ali tidur = V intransitif, hanya butuh satu argumen(kata-kata yang mengikuti P)


5.3.3 Kalimat
       Kalimat adalah ujaran atau tuturan yang diapit oleh dua kesenyapan sedangkan intonasinya menunjukkan ujaran tersebut telah sempurna, selesai, dan dimengerti orang.
Senyap > Orang diam baru berujar karena ada proses decoding.
Klasifikasi Kalimat
1. Klasifikasi kalimat berdasarkan jumlah inti
   a. Kalimat yang terdiri dari 2 unsur inti, verba intransitif
   b. Kalimat yang terdiri dari 3 unsur inti
   c. Kalimat yang terdiri dari 4 unsur inti, bitransitif
2. Klasifikasi kalimat berdasarkan kintur atau penjedaan/kontur
       Kalimat minim yakni kalimat yang hanya terdapat satu kontur
3. Klasifikasi kalimat berdasarkan jumlah klausa
  a. Kalimat tunggal = 1 pola, 1 gagasan
  b. Kalimat majemuk
4. Klasifikasi kalimat berdasarkan unsur wajib kalimat pola kalimat
  a. S-P
  b. S-P-O
  c. S-P-Pelengap
  d. S-P-Keterangan
  e. S-P-O-Pelengkap
  f. S-P-O-Keterangan

6.  SEMANTIK
  • Semantik berkaitan dengan sosiologi dan antropologi.
  • Semakin beragam bahasanya berarti semakin tinggi bahasa itu, begitu pula sebaliknya. Misalnya, di Filipina itu hanya terdapat 4 bahasa untuk warna, yakni: biru, putih, raras, dan malatui.

1.      Makna Leksikal
Makna yang melekat pada leksem, makna yang ditunjuk, makna referensial.
Contoh: kursi
Makna leksikal dibedakan menjadi 2, yaitu:
a.       Makna dasar = makna asli, makna sebenarnya, makna denotative
Contoh: meja, kursi
b.      Makna ideomatik = bukan makna asli, makna konotatif
Contoh: meja hijau, membanting tulang
2.      Makna gramatikal
Makna kata yang bisa muncul ketika kata tersebut berada dalam struktur kalimat, tidak memiliki makna kamus.
Contoh: di, ke, dan, dari

6.3 Hubungan Antar Kata
1.    Sinonomi = Memiliki kemiripan makna, identik = nuansa makna, baur
Contoh: mangkat
                gugur
                wafat
                mati
                tewas
                mampus
Bukti bahwa sinonimi adalah kemiripan makna,
                Benar = betul
Kebenaran = /  kebetulan
  1. Antonimi = Lawan kata, aposisi
a.       Antonimi mutlak
Contoh : Hidup ><  mati
b.      Antonimi bertingkat, gradual
Contoh : Kaya >< miskin
               Siang >< malam
  1. Hiponimi = Kata yang menjadi bawahan kata lain, ada superordinat,   ada ordinat.
Hipernim (superordinat)
           
           
     Hiponim (ordinat/sub ordinat)
    
Contoh: Buah
                    
                 Apel
                 Jeruk
                 Jambu
Makna umum dan makna khusus
Melihat = melirik, melotot
Jatuh = longsor, roboh, rebah

  1. Homonim = Kata-kata yang maknanya sama tetapi tidak bisa dilacak kesamaannya itu.
Homonim dibedakan menjadi 2, yaitu:
    1. Homofon
Bang, bank, bang
    1. Homograf
Teras, teras

  1. Polisemi = Maknanya sama dan bisa dilacak kesamaannya.
Contoh : Pukul = dihantam
            Pukul = waktu

  1. Meronimi = Kata yang membangun keutuhan makna lain.
Tubuh : Kepala, leher, tangan, kaki
Mobil : Roda, mesin, sasis, jok


DAFTAR PUSTAKA
Chaer, Abdul. 2007. Linguistik Umum. Jakarta: Rineka Cipta.
Dawud. 1991. Linguistik Umum. Malang: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan IKIP Malang.
Kridalaksana, H. 2008. Kamus Linguistik. Jakarta: Gramedia.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar