Minggu, 26 Juni 2011

APRESIASI NOVEL BUMI MANUSIA

WANITA BIASA YANG LUAR BIASA
DI BUMI MANUSIA

            Siapa yang tidak mengenal Cut Nyak Dien, Raden Ajeng Kartini, dan Megawati Soekarnoputri? Mereka adalah wanita-wanita luar biasa yang hidup di Bumi Pertiwi. Cut Nyak Dien telah berjuang melawan penjajah. Raden Ajeng Kartini yang terkenal dengan karyanya “Habis Gelap Terbitlah Terang”. Sungguh besar cita-citanya untuk kaum wanita. Lalu, Megawati Soekarnoputri adalah Presiden wanita pertama negeri ini.
Setelah menyelami kedalaman novel Bumi Manusia, Anda juga akan mengenal wanita luar biasa seperti mereka. Oleh Pramoedya Ananta Toer, sosok wanita luar biasa ini direpresentasikan sebagai nyai Ontosoroh. Berbeda dengan R.A. Kartini yang berasal dari keluarga Bupati atau Megawati yang berasal dari keluarga Presiden. Nyai Ontosoroh ini hanya berasal dari keluarga yang tak mampu. Bahkan ia hanya sebagai seorang gundik. Akan tetapi, wanita ini sungguh luar biasa. Pengetahuaannya begitu luas, ia mampu mengurus rumah tangga dan perusahaannya. Inilah sosok wanita biasa yang luar biasa.
Sedemikian dahsyatnya sosok nyai Ontosoroh, sampai-sampai seorang terpelajar dari H.B.S bernama Minke, dibuat tak berdaya sejak pertemuan pertama. Bahkan seluruh pengetahuannya tentang Eropa, yang didapat bertahun-tahun di sekolah, hanya dikatakan dengan mudah oleh nyai Ontosoroh dalam 3 kalimat pendek,”Hanya pengabdi uang. Bertambah banyak uang kau berikan padanya, bertambah ia jujur padamu. Itulah Eropa”. Nyai yang hanya seorang gundik ini, ternyata sanggup pula mengkritisi tulisan Minke yang terpelajar.
Bukan hanya Minke, bahkan gurunya sekalipun, Magda Peters yang mengajar sastra Belanda dibuat berkali-kali menahan nafas setelah pertemuannya dengan nyai Ontosoroh. Bagaimana tidak, majalah Indische Gids yang pada waktu itu hanya dikonsumsi kalangan terpelajar, bagi nyai, hanyalah bacaan pengantar tidur. Demikian juga pengetahuan tentang teori asosiasinya Snouck Hurgronje, tidak kalah mengagetkannya dan memang terasa berlebihan untuk ukuran seorang nyai. Pengetahuan yang sempat membuat Minke dibuat tak berkutik oleh 2 putri Herbert de la Croix.
Dalam pengkisahannya, Pramoedya berhasil, menjadikan nyai Ontosoroh terasa seperti tokoh yang benar-benar ada. Meskipun ia memiliki kelebihan ternyata wanita ini juga digambarkan memiliki kekurangan layaknya manusia pada umumnya. Sifat buruk yang ia miliki adalah dendam dengan orang tuanya sendiri, hubungan yang tidak baik dengan putranya dan kebencian dengan tuan Robert di tengah-tengah cerita hidupnya. Hubungan yang tidak baik antara ia dengan keluarganya sendiri.
Sifat ini muncul pada petualangan nyai Ontosoroh dari masa kecilnya, waktu ia masih bernama Sanikem. Tepatnya, pada saat ayahnya menjualnya pada seorang tuan besar yang bernama Herman Mellema. Penjualan itu tidak hanya menumbuhkan bibit-bibit dendam, tetapi juga kebencian dan permusuhan. Sejak saat itu, Sanikem, yang sudah resmi menjadi nyai, bertekad untuk menceraikan kedua orangtuanya. Bahkan membecinya seumur hidup, hingga ajal menjemput Bapaknya, ia pun tak sudi menengok.
Pada karya sastra umumnya, seorang tokoh diceritakan memiliki karakter jelas antara antagonis atau protagonis. Akan tetapi, dalam novel Bumi Manusia, nyai Ontosoroh tidak digambarkan sebagai tokoh yang protagonis sempurna. Inilah yang menjadi daya tarik tersendiri dari tokoh nyai Ontosoroh.
Dari seorang anak yang lugu, Sanikem kemudian menjelma menjadi nyai Ontosoroh yang begitu perkasa dan kuasa. Hal ini memang tidak terlepas dari peran Herman Mellema, tuannya yang memperlakukannya lebih sebagai kekasih dan murid ketimbang sebagai gundik. Tapi di sisi yang lain, ia juga tetap waspada dan sadar akan kenyataan posisinya sebagai gundik yang setiap saat dapat tercampakkan begitu saja, ia juga mengingat untuk tidak kembali pada orang tuanya, sehingga semakin menumbuhkan semangatnya untuk belajar dan belajar serta bekerja dan bekerja. Demikianlah, di tangan tuannya, nyai Ontosoroh bukan hanya berhasil sebagai gundik yang dapat memuaskan majikannya, tapi juga sebagai murid, ia tumbuh menjadi sangat cerdas dan disadari atau tidak, ia berhasil membalikkan keadaan dari tergantung kemudian menjadi tempat bergantung tuannya beserta semua unsur perusahaannya.
Ternyata, Pramoedya menggunakan kebencian yang bercokol pada tokoh nyai Ontosoroh sebagai pemompa semangat hidup sang tokoh untuk belajar agar tidak menjadi wanita yang bergantung pada orang lain. Tentunya hal ini, jarang terpikirkan oleh para gundik pada jaman itu. Mereka hanya pasrah menikmati nasibnya dengan tangisan. Sedangkan, Nyai berpikir keras untuk menghadapi masa depan.
Titik balik ketergantungan itu bermula pada saat kedatangan insinyur Maurits Mellema, yang belakangan ternyata diketahui sebagai anak kandungnya dari perkawinan sah dengan Amelia Hammers-Mellema. Kemunculan Maurits Mellema yang tiba-tiba itu benar-benar membuat Herman Mellema shock dan kehidupannya mulai berubah 180 derajat. Tapi nyai Ontosoroh tidak diam saja atas kedatangan Maurits Mellema yang nyata hendak merusak dan mengacaukan keluarganya. Tidak seperti Herman Mellema yang hanya diam dan tak berdaya, dia melawan walau hanya sebatas kata-kata. Sejak saat itu, lenyap sudah segala penghormatan pada diri tuannya, karena dianggap tidak mampu membelanya. Keterpurukan tuannya akibat kemunculan Maurits Mellema, menjadi awal kebangkitan nyai Ontosoroh yang sesungguhnya. Karena sejak saat itu, ia menjadi satu-satunya kekuasaan mutlak yang ada di rumah itu.
Hubungannya dengan Darsam-yang oleh Minke digambarkan sangat ekstrim sebagai orang yang hanya dapat mengatasi masalah dengan otot dan parang. Tidak kurang adalah hubungan majikan dengan budaknya, walau tidak dalam pengertiannya yang total. Demikian juga hubungan dengan pekerjaan lainnya.
Satu-satunya hubungan yang dinamis adalah dengan Annelies putri satu-satunya. Dinamis disini tidak dalam pengertian sebenarnya. Hanya sedikit lebih dari apa yang diperoleh kakaknya, Robert Mellema. Karena bayang-bayang masa lalunya yang kelam, nyai Ontosoroh menjadi ibu sekaligus guru yang otoriter.
Dia tidak mentoleransi kebebasan sedikitpun kepada Annelies. Sejak sebelum kedatangan Minke, Annelies hanya diajari bagaimana bekerja, bekerja, dan bekerja.
Dokter Martinet menyatakan bahwa nyai Ontosoroh adalah wanita luar biasa. Setiap katanya sopan beradab, berisi, dilatarbelakangi kekerasan dari hati seorang pendendam yang ogah berbagi. Sedemikian terpelajar sebagai wanita pun sudah suatu keluarbiasaan juga di Eropa. Ada pengalaman yang menjadi penggerak. Hatinya sangat keras, berpikiran tajam, sukses dalam segala usahanya yang membuat ia menjadi seorang pribadi kuat dan berani. Tetapi dia punya satu kegagalan besar. Sikap otodidak yang diterapkan dalam mendidik Annelies ternyata menjadikan nyai Ontosoroh gagal dalam mendidik anaknya.
Klimaks dari petualangan nyai Ontosoroh dalam Bumi Manusia, terdapat pada bagian akhir. Bab ini menceritakan saat-saat genting menjelang pelaksanaan eksekusi pengadilan Surabaya atas rekomendasi pengadilan Amsterdam, atas penguasaan Annelies beserta seluruh hak warisnya karena Annelies dipandang masih belum cukup umur, kepada kakak tirinya Maurits Mellema. Disini terlihat jelas betapa peran nyai Ontosoroh sangat dominan dan mewarnai hampir seluruh jalan cerita.Bahkan pada saat pembacaan keputusan eksekusi di pengadilan, nyai memperlihatkan perlawanannya yang gigih dan tak mengenal takut. Walaupun akhirnya, keputusan pengadilan tetap dilaksanakan tanpa mendapatkan perlawanan berarti, termasuk juga dari nyai Ontosoroh, karena posisi yang betul-betul lemah secara hukum. Tapi setidaknya, ada semangat perlawanan yang terus dikobarkan.
Terlepas dari kegagalannya dalam mendidik anak, terlihat nyai Ontosoroh adalah wanita yang berjuang kerasa menghadapi kehidupannya yang penuh onak dan duri. Perjuangannya tidak pernah berhenti hingga di akhir cerira. Ia adalah wanita luar biasa yang mampu menginspirasi para wanita di bumi manusia ini. Inspirasi yang diberikan mampu menerjang batas-batas ruang dan waktu. Perjuangannya bias dicontoh oleh waga negeri tercinta maupun wanita mancanegara, tidak untuk saat ini bahkan beberapa waktu mendatang.
Perlu digaris bawahi, yang perlu dicontoh adalah kecerdasannya, kebaikannya, perjuangannya, dan sikap yang tidak terlalu bergantung kepada orang lainlah yang perlu diambil teladan dari wanita luar biasa ini. Menjadi biasa atau luar biasa bukan takdir tapi pilihan. Menjadi luar biasa pun tidak harus berasal dari yang luar biasa layaknya tokoh nyai Ontosoroh ini.
Suatu apresiasi besar terhadap Pramoedya Ananta Toer yang mampu merepresentasikan tokoh nyai Ontosoroh seolah nyata dan mampu menginspirasi wanita-wanita yang ada di bumi manusia.